tag:blogger.com,1999:blog-20499948043744886572024-02-09T01:15:01.794+07:00islamic education 11islamic educationhttp://www.blogger.com/profile/09101869393540653989noreply@blogger.comBlogger11125tag:blogger.com,1999:blog-2049994804374488657.post-80508632074092403442010-02-08T15:48:00.001+07:002010-02-08T15:48:46.826+07:00DA'WAH ROSULULLOH PERIODE MEKAHA. BIOGRAFI SINGKAT NABI MUHAMMAD SAW<br />
<br />
Nasab-nya ialah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib (namanya Syaibatul Hamd) bin Hisyam bin Abdi Manaf (namanya al-Mughirah) bin Qushayyi (namanya Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihir bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Mu’iddu bin Adnan.<br />
<br />
Itulah batas nasab Rasulullah saw yang telah disepakati. Selebihnya dari yang telah disebutkan masih diperselisihkan. Tetapi, hal yang sudah tidak diperselisihkan lagi ialah, bahwa Adnan termasuk anak Ismail, Nabi Allah, bin Ibrahim, kekasih Allah. Dan bahwa Allah telah memilihnya (Nabi saw) dari kabilah yang paling bersih, keturunan yang paling utama dan suci. Tak sedikit pun dari karat-karat jahiliyah menyusup ke dalam nasabnya.<br />
<br />
Nabi Muhammad saw dilahirkan pada tahun gajah, yakni tahun dimana Abraham al-Asyram berusaha menyerang Mekah dan menghancurkan Ka’bah. Lalu Allah menggagalkannya dengan mu’jizat yang mengagumkan, sebagaimana diceritakan dalam al-Qur’an. Menurut riwayat yang paling kuat jatuh pada hari Senin malam, 12 Rabi’ul Awwal.<br />
<br />
Ia dilahirkan dalam keadaan yatim. Bapaknya Abdullah, meninggal ketika ibunya mengandungnya dua bulan. Lalu ia diasuh oleh kakeknya, Abdul-Muththalib, dan disusukannya-sebagaiman tradisi Arab pada waktu itu-kepada seorang wanita dari Bani Sa’d bin Bakar, bernama Halimah binti Abu Dzu’aib.<br />
<br />
Ketika sudah berumur enam tahun, ibunya, Aminah, meninggal dunia. Kemudian berada dalam asuahan kakeknya, Abdul Muththalib. Tetapi setelah genap berusia delapan tahun, ia ditinggal mati oleh kakeknya. Setelah itu ia diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.<br />
<br />
<br />
B. SEKILAS KONDISI OBJEKTIF MASYARAKAT ARAB PRA-RISALAH<br />
<br />
<br />
Untuk mengenal metode pengembangan dakwah yang dilakukan Rasulullah, terlebih dahulu mengenal situasi dan kondisi masyarakat Arab pra-Islam (sebelum risalah Muhammad saw) sebagai kondisi objektif mad`u yang dihadapi Rasulullah.<br />
<br />
Sebelum risalah Nabi Muhammad saw., kondisi kehidupan masyarakat Arab secara umum dikenal sebagai masyarakat Jahiliyah, zaman kebodohan, atau dalam istilah Al-Qur`an diisyaratkan sebagai kehidupan adz-dzulumat. Dekandesi moral masyarakat tampak dalam aktifias tercelanya seperti minum-minuman keras, berjudi, berzina, riba dan mengubur anak perempuan hidup. Disebut demikian, karena kondisi sosial, politik, dan kehidupan spiritualnya, yang dalam waktu cukup lama, tidak memiliki nabi, kitab suci, ideology agama, dan tokoh besar yang membimbingnya. Mereka tidak memiliki sistim pemerintahan dan hukum yang ideal, dan tidak mengindahkan nilai-nilai moral. Tingkat keberagamannya hampir kembali pada masyarakat primitif yang jauh dari nur Ilahi.<br />
<br />
Mereka terpecah belah menjadi berbagai suku yang saling bermusuhan sehingga secara politis tidak mengenal sistim pemerintahan pusat yang dapat mengendalikan perpecahan dan permusuhan. Sebagian mereka belum mengenal sistim hukum. Hukum yang berlaku bagaikan hukum rimba, yang kuat menindas yang lemah.<br />
<br />
Secara geografis dan demografis, wilayah Arab merupakan daerah gersang dan mata pencaharian sebagai besar penduduknya adalah beternak. Kelompok bangsawan menguasai hubungan perdagangan domestik dan luar negeri. Sistim perekonomian didominasi oleh kaum aristokrat yang konglomerat. Masyarakat pada umumnya miskin dan menderita, sebagai akibat dari kesenjangan sosial ekonomi yang melahirkan ketidakadilan dan penindasan.<br />
<br />
Dari segi kebudayaan, masyarakat Arab terkenal mahir dalam bidang bahasa dan syair (sastra). Bahasanya sangat kaya sebanding dengan bahasa bangsa Eropa dewasa ini. Hal tersebut merupakan kontribusi yang cukup penting dalam pengembangan dan penyebaran Islam. Menurut Pilihip K. Hitti, keberhasilan penyebaran Islam di antaranya didukung oleh keleluasaan bahasa Arab, khususnya bahasa Al-Qur`an. Namun, kemajuan kebudayaan mereka dalam bidang sya`ir khususnya, diwarnai semangat kesukuan.<br />
<br />
Adapun dari sisi keagamaan, mayoritas masyarakat bangsa Arab merupakan penyembahan berhala, kecuali sebagian kecil menganut agama Yahudi dan Nasrani. Selain penyembah berhala, ada juga yang menyembah matahari, bintang, dan angin. Di antara mereka ada yang atheis, tidak mempercayai Tuhan YME., adanya hari pembalasan, dan tidak mempercayai keabadian jiwa manusia. Setiap daerah dan suku mempunyai dewa dewi (berhala). Di antara berhala yang paling dipuja merka adalah Al-Uzza, Al-Latta, Manah, dan Hubbal. Tidak kurang dari 360 berhala yang ditata disekeliling kabah untuk disembah. Setiap tahun masyarakat Arab datang ke kabah untuk melakukan penyembahan massal terhadap berhala tersebut, bersamaan dengan diselenggarakannya pekan raya yang dikenal dengan Pekan Raya Ukaz.<br />
<br />
Dalam kondisi sosial dan moral, khususnya yang berkaitan dengan martabat kaum wanita, masyarakat Arab pra-Islam memandang bahwa wanita ibarat barang mainan, binatang piaraan, atau lebih hina. Wanita sama sekali tidak mendapatkan penghormatan sosial dan tidak memiliki hak apa pun. Derajat wanita pada waktu itu menempati kedudukan yang terendah sepanjang sejarah umat manusia.<br />
<br />
Adapun faktor positif dari sifat dan karakter masyarakat Arab, antara lain adalah: mempunyai ketahanan fisik yang perima; pemberani, daya ingat yang kuat, kesadaran akan harga diri dan martabat, cinta kebebasan, setia terhadap suku dan pemimpinnya, pola kehidupannya sederhana, ramah tamah, dan mahir dalam bersyair. Namun, sifat-sifat dan karakter yang baik tersebut seakan tidak ada artinya karena diselimuti kondisi ketidak adilan, kekejaman, dan keyakinan terhadap khurafat.<br />
<br />
<br />
C. TAHAPAN DA’WAH RASULULLAH SAW<br />
<br />
1. Da’wah Secara Rahasia (Sirriyatud Da’wah)<br />
<br />
Nabi mulai menyambut perintah Allah dengan mengajak manusia untuk menyembah Allah semata dan meninggalkan berhala. Tetapi da’wah Nabi ini dilakukannya secara rahasia untuk menghindari tindakan buruk orang-orang Quraisy yang fanatik terhadap kemusyrikan dan paganismenya. Nabi saw tidak menampakan da’wah di majelis-majelis umum orang-orang Quraisy, dan tidak melakukan da’wah kecuali kepada orang-orang yang memiliki hubungan kerabat atau kenal baik sebelumnya.<br />
<br />
Orang-orang pertama kali masuk Islam ialah Khadijah binti Khuwailid ra, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah mantan budak Rasulullah saw dan anak angkatnya, Abu bakar bin Abi Quhafah, Utsaman bin Affan, Zubair bin Awwan, Abdur-Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan lainnya.<br />
<br />
Mereka ini bertemu dengan Nabi secara rahasia. Apabila diantara mereka ingin melaksanakan salah satu ibadah, ia pergi ke lorong-lorong Mekah seraya bersembunyi dari pandangan orang Quraisy.<br />
<br />
Ketika orang-orang yang menganut Islam lebih dari tiga puluh lelaki dan wanita, Rasulullah memilih rumah salah seseorang dari mereka, yaitu rumah al-Arqam bin Abil Arqam, sebagai tempat pertama untuk mengadakan pembinaan dan pengajaran. Da’wah pada tahap ini menghasilkan sekitar empat puluh lelaki dan wanita telah menganut Islam. Kebanyakan mereka adalah orang-orang fakir, kaum budak dan orang-orang Quraisy yang tidak memiliki kedudukan.<br />
<br />
Dakwah Islam dimulai di Mekah dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan Ibnu Ishaq menyebutkan, dakwah dengan cara ini berjalan selama tiga tahun. Demikian pula dengan Abu Naim: ia mengatakan dakwah tertutup ini berjalan selama tiga tahun.<br />
<br />
2. Da’wah Secara Terang-terangan (Jahriyatud Da’wah)<br />
<br />
Ibnu Hisyam berkata: kemudian secara berturut-turut manusia, wanita dan lelaki, memeluk Islam, sehingga berita Islam telah tersiar di Mekah dan menjadi bahan pembicaraan orang. Lalu Allah memerintahkan Rasul-Nya menyampaikan Islam dan mengajak kepadanya secara terang-terangan, setelah selama tiga tahun Rasulullah saw melakukan da’wah secara tersembunyi, kemudian Allah berfirman kepadanya:<br />
<br />
“Maka siarkanlah apa yang diperintahkan kepdamu dan janganlah kamu pedulikan orang musyrik.” (al-Hijr : 94)<br />
<br />
“Dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (Asy-Syu’ara: 214-215)<br />
<br />
Dan katakanlah, “sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan.” (al-Hijr: 89)<br />
<br />
Pada waktu itu pula Rasulullah saw segera melaksanakan perintah Allah, kemudian menyambut perintah Allah, “Maka siarkanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan janganlah kamu pedulikan orang-orang musyrik” dengan pergi ke atas bukit Shafa lalu memanggil, “Wahai Bani Fihir, wahai Bani ‘Adi,“ sehingga mereka berkumpul dan orang yang tidak bisa hadir mengirimkan orang untuk melihat apa yang terjadi. Maka Nabi saw berkata, “Bagaimanakah pendapatmu jika aku kabarkan bahwa di belakang gunung ini ada sepasukan kuda musuh yang datang akan menyerangmu, apakah kamu mempercayaiku?”Jawab mereka, “Ya, kami belum pernah melihat kamu berdusta. “ kata Nabi, “Ketahuilah, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan kepada kalian dari sisksa pedih.” Kemudian Abu lahab memprotes, “Sungguh celaka kamu sepanjang hari, hanya untuk inikah kamu mengumpulkan kami. “Lalu turunlah firman Allah:<br />
”Binasalah kedua belah tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa.”<br />
<br />
Kemudian Rasulullah saw turun dan melaksanakan firman Allah, ”Dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat” dengan mengumpulkan semua keluarga dan kerabatnya, lalu berkata kepada mereka, “Wahai Bani Ka’b bin Lu’ai, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Bani Murrah bin Ka’b, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Bani Abdi Syams, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Bani Abdul Muthalib, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Fatimah, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa dapat membela kalian di hadapan Allah, selain bahwa kalian mempunyai tali kekeluargaan yang akan aku sambung dengan hubungannya.”<br />
<br />
Da’wah Nabi saw secara terang-terangan ini ditentang dan ditolak oleh bangsa Quarisy, dengan alasan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan agama yang telah mereka warisi dari nenek moyang mereka, dan sudah menjadi bagian dari tradisi kehidupan mereka. Pada saat itulah Rasullulah mengingatkan mereka akan perlunya membebaskan pikiran dan akal mereka dari belenggu taqlid. Selanjutnya di jelaskan oleh Nabi saw bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah itu tidak dapat memberi faidah atau bahaya sama sekali. Dan, bahwa turun-temurunya nenek moyang mereka dalam menyembah tuhan-tuhan itu tidak dapat dijadikan alasan untuk mengikuti mereka secara taqlid buta. Firman Allah menggambarkan mereka:<br />
<br />
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,”mereka menjawab,”(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.” (Apakah mereka akan mengikuti juga,) walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu pun, dan tidak mendapat petunjuk? (al-Baqarah: 170)<br />
<br />
Ketika Nabi saw mencela tuhan mereka, membodohkan mimpi mereka, dan mengecam tindakan taqlid buta kepada nenek moyang mereka dalam menyembah berhala, mereka menentang dan sepakat untuk memusuhinya, kecuali pamannya, Abu Thalib, yang membelanya.<br />
<br />
D. PRINSIP-PRINSIP DA’WAH RASULULLAH<br />
<br />
<br />
Prinsip dakwah Rasulullah saw dapat diturunkan dari fase atau pembabakan kehidupan Muhammad saw. Banyak ahli yang merumuskan kehidupan Rasulullah dalam beberapa fase, yakni fase pertama Muhammad saw sebagai pedagang, fase kedua Muhammad saw sebagai nabi dan rasul. Kedua fase ini berlangsung dalam periode Mekah. Fase ketiga Muhammad saw sebagai politisi dan negarawan, dan fase keempat Muhammad saw sebagai pembebas. Fase ketiga dan keempat berlangsung dalam periode Madinah.<br />
<br />
Dari keempat fase tersebut, terlihat bahwa perjuangan Rasululllah saw dalam menegakan amanat risalahnya, mengalami perkembangan dan peningkatan yang cukup penting, strategis, dan sistimatis, menuju keberhasilan dan kemenangan yang gemilang, terutama dengan terbentuknya masyarakat muslim di Madinah dan terjadinya futuh Mekah. Juga sebagai dasar bagi perkembangan dan perjuangan untuk menegakan dan menyebarkan ajaran Islam ke segala penjuru dunia.<br />
<br />
Dilihat dari langkah-langkah dan sudut pandang pengembangan dan pembangunan masyarakat, terdapat tiga posisi penting fungsi Rasulullah saw sebagai figur pemimpin umat, yakni: Pertama, Rasulullah saw sebagai peneliti masyarakat, kedua, Rasulullah saw sebagai pendidik masyarakat, ketiga Rasulullah saw sebagai negarawan dan pembangun masyarakat.<br />
<br />
Rasulullah saw sebagai peneliti masyarakat, berlangsung ketika beliau menjadi pedagang. Ketika itu beliau sering kali melakukan perjalanan ribuan mil ke sebelah utara jazirah Arab. Dalam perjalannya, Rasulullah saw berhubungan dengan berbagai ragam orang dari berbagai bangsa, suku, agama, bahasa, tradisi, dan kebudayaan, dengan bermacam watak dan sifatnya. Beliau berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai agama dan kepercayaan yang dianut; yaitu Yahudi, Nasrani, Majusi, dan orang-orang Romawi.<br />
<br />
Dalam perjalannya ini, beliau mengadakan fact-finding, (menghimpun data dan fakta) mengenai berbagai aspek hidup dan kehidupan berbagai bangsa. Hal ini menjadi pengalaman dan pengetahuan beliau tentang geografis, sosiologis, etnografis, religius, psikologis, antropologis, karakter dan watak dari berbagai bangsa. Pengeahuan tentang situasi dan kondisi ini sangat bermanfaat dalam menentukan taktik, strategi, dan metode perjuangannya.<br />
<br />
Dari data dan fakta yang menjadi pengetahuan dan pengalamannya itu, Rasulullah saw sering mengadakan tafakur (merenung), dan kadang-kadang berkhalwat, bersemedi (tahannus) di suatu tempat sunyi yang terkenal dengan Gua Hira. Di tempat inilah beliau mengolah, menganalisis, mengklarifikasi, dan mengambil kesimpulan yang akan menjadi bahan pertimbangan dalam sikap, langkah, dan pendekatan strategi perjuangan hidup dan kehidupannya. Objektivitas, akurasi, dan validitas hasil penelitian dan perenungan itu tidak diragukan lagi karena beliau termasyhur sebagai orang jujur (al-amin). Kesimpulan utama dari hasil penelitian dan perenungan adalah masyarakat Arab harus diselamatkan dari jurang kehancuran serta membangun landasan yang baru. Upaya kerja keras Rasulullah saw dalam mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapinya itu, kemudian dijemput oleh hidayah ilahi dengan turunnya wahyu pertama, lima ayat surat al-alaq. Dengan ayat Al-Qur’an yang mulia inilah, dimulai kegiatan dakwah dan risalah Islamiyah yang ditugaskan kepada Muhammad Ibn Abdillah untuk disampaikan kepada segenap manusia, melalui pembinaan dan pendidikan yang berdasarkan la ilaha illa al-llah (nilai dasar ketahuidan).<br />
<br />
Dengan demikian, dari turunnya wahyu pertama ini, Rasulullah saw mulai berfungsi sebagai pendidik dan pembimbing masyrakat (social educator), melalui perombakan dan revolusi mental masyarakat Arab dari kebiasaan menyembah berhala yang merendahkan derajat kemanusiaan dan tidak menggunakan akal pikiran yan sehat, tidak memiliki peri kemanusiaan dan menghinakan kaum wanita dan sebagainya, menuju sikap mental yang mengangkat derajat kemanusiaan yang penuh percaya diri dan hanya menyembah dan memohon perlindungan kepada Allah SWT.<br />
<br />
Adapun sistim pembinaan dan pendidikan yang dikembangkan Rasulullah saw adalah sistim kaderisasi dengan membina beberapa orang sahabat. Kemudian para sahabat ini mengembangkan Islam ke berbagai penjuru dunia. Dimulai dari Khulafa Ar-Rasyidin, kemudian generasi berikutnya. Dimulai dari pembinaan dan kaderisasi di Mekah yang agak terbatas, kemudian dikembangkan di Madinah dengan membentuk komunitas muslim di tengah-tengah masyrakat Madinah yang cukup heterogen. Pembinaan dan pendidikan di Mekah lebih dioerientasikan pada pembinaan ketauhidan sehingga ayat Al-Qur’an yang turun dalam periode ini lebih ditekankan pada pembinaan akidah dan ibadah. Ayat-ayat dan surat yang turun biasanya pendek-pendek dan diawalii ungkapan “Ya ayyuha an-nasa”.<br />
<br />
Adapun di Madinah, pembinaan yang dilakukan Rasulullah saw lebih banyak ditekankan pada pembentukan masyarakat muslim di tengah-tengah masyarakat nonmuslim. Ayat-ayat Al-Qur’an yang turun di periode ini lebih ditekankan pada masalah muamalah, sistim kemasyarakatan, kenegaran, hubungan sosial, hubungan antaragama (toleransi), ta’awun, ukhuwah, dan sebagainya. Ayat-ayat yang turun pada periode ini biasanya panjang-panjang dan diawali ungkapan “Ya ayyuha al-ladzina amanu”.<br />
<br />
Pada peride Madinah ini, lahirlah suatu peristiwa yang monumental dan sangat penting sebagai cermin bagi kehidupan beragama dan bermasyarakat di masa mendatang, yakni terumuskannya suatu naskah perjanjian dan kerja sama antara kaum muslimin dan masyarakat Madinah (nonmuslim), yang kemudian terkenal dengan sebutan Piagam Madinah<br />
<br />
Di Madinah itulah Rasulullah saw mulai membangun sistim hukum, tatanan masyarakat, dan kenegaraan. Fungsi Rasulullah saw meningkat dari fungsi pendidik menjadi negarawan pembangun masyarakat (community builder) atau pembangun Negara (state builder). Di bawah pembinaan dan kepemimpinan Rasulullah saw, kota Madinah menjadi sebuah kota masyarakat yang beradab, sadar hukum, penuh toleran, bersikap saling tolong menolong, dihiasi persaudaraan dan semangat kerja sama antara warga masyarakat. Gambaran masyarakat seperti itu, kemudian dikenal dengan sebutan masyarakat madani.<br />
<br />
Pada masa awal-awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan diri sebagai masyarakat alternative, yang memberi warna tertentu pada kehidupan manusia. Karakter yang paling penting yang ditampilkan oleh masyarakat Islam ketika itu adalah kedamaian dan kasih sayang.<br />
<br />
Masyarakat model seperti ini tampil di tengah kehadiran Rasulullah saw, baik di Mekah atau Madinah, yang banyak disebut sejarawan sebagai model masyarakat ideal dalam level masyarakat Arab yang masih sangat sederhana. Sejumlah karakteristik penting yang diperlihatkan masyarakat Islam pada masa Rasulullah saw ini, diantaranya adalah: memiliki akidah yang kuat dan konsisten dalam beramal (berkarya). Semua itu dipandu oleh kepemimpinan yang penuh wibawa.<br />
<br />
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa prinsip dakwah Rasulullah saw, yaitu sebagai berikut:<br />
<br />
1. Mengetahui medan (mad’u) melalui penelitian dan perenungan.<br />
2. Melalui perncanaan pembinaan, pendidikan, dan pengembangan serta pembangunan masyarakat.<br />
3. Bertahap, diawali dengan cara diam-diam (marhalah sirriyah), kemudian cara terbuka (marhalah alaniyyah). Diawali dari keluarga dan teman terdekat, kemudian masyarakat secara umum.<br />
4. Melalui cara dan strategi hijrah, yakni menghindari siutasi yang negative untuk menguasai suasana yang lebih positif.<br />
5. Melalui syiar dan pranata Islam, antara lain melalui khotbah, adzan, iqamah, dan shalat berjamaah, ta’awun, zakat, dan sebagainya.<br />
6. Melalui musyawarah dan kerja sama, perjanjian dengan masyarakat sekitar, seperti dengan Bani Nadhir, Bani Quraidzah, dan Bani Qainuqa.<br />
7. Melalui cara dan tindakan yang akomodatif, toleran, dan saling menghargai.<br />
8. Melalui nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan, dan demokratis.<br />
9. Menggunakan bahasa kaumnya, melalui kadar kemampuan pemikiran masyarakat (ala qadri uqulihim).<br />
10. Melalui surat. Sebagaimana yang telah dikirim ke raja-raja berpengaruh pada waktu itu, seperti pada Heraklius.<br />
11. Melalui uswah hasanah dan syuhada ala an-nas, dan melalui peringatan, dorongan dan motivasi (tarhib wa targhib). <br />
12. Melalui Kelembutan dan pengampunan. Seperti pada peristiwa Fathul Mekah disaksikan para pemimpin kafir Quraisy sambil memendam kemarahan dan kebencian. Begitu pula isi hati Fadhalah, yang begitu dalam kebenciaanya kepada Rasulullah sehingga ingin membunuhnya. Tanpa ia duga, Rasulullah mengetahui suara hatinya tersebut. ketika ditegur dengan lembut, fadhalah menjadi ketakutan dan mencoba berbohong untuk membela diri. Tetapi Rasulullah tidak marah, bahkan melempar dengan senyumnya. Seketika Fadhalah terpesona dengan reaksi orang yang hendak dibunuhnyatersebut. Ia yang berada dalam puncak ketakutan merasakan kelegaan luar biasa. Tumbuh simpatinya dan kebenciannya mulai surut. Hatinya benar-benar berbalik ketika Rasulullah meletakan tangan kanan tepat di dadanya. Sentuhan fisik refleksi dari kasih sayang Rasulullah ini benar-benar mengharubiru perasaan Fadhalah. Kedengkian dan kebenciaan berubah menjadi kecintaan yang mendalam. <br />
<br />
<br />
E. KAIDAH-KAIDAH DA’WAH RASULULLAH<br />
<br />
Dari prinsip dan langkah-langkah perjuangan Rasulullah saw di atas, dapat diturunkan kaidah-kaidah dakwah Rasulullah saw sebagai berikut:<br />
<br />
1) Tauhidullah, yakni sikap mengesakan Allah dengan sepenuh hati, tidak menyekutukan-Nya, hanya mengabdi, memohon, dan meminta pertolongan kepada Allah SWT. Sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta. Kaidah ini bertujuan untuk membersihkan akidah (tathir al-i’tiqad) masyrakat dari berbagai macam khurajat dan kepercayaan yang keliru, menuju satu landasan, motivasi, tujuan hidup dan kehidupan dari Allah dan dalam ajaran Allah menuju mardhatillah (min al-Lah, fi al-Allah, dan ila Allah).<br />
<br />
2) Ukhuwah Islamiah, yakni sikap persaudaraan antarsesama muslim karena adanya kesatuan akidah, pegangan hidup, pandangan hidup, sistim sosial, dan peradaban sehingga terjalinlah kesatuan hati dan jiwa yang melahirkan persaudaraan yang erat dan mesra, dan terjalin pula kasih sayang, perasaan senasib sepenanggungan, serta memperhatikan kepentingan orang lain, seperti mementingkan kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, terhindar dari sikap individualisme, fanatisme golongan, fir’aunisme, materialisme, dan dari segala penyakit jiwa lainnya.<br />
<br />
3) Muswah, yakni sikap persamaan antar sesama manusia, tidak arogan, tidak saling merendahkan dan meremehkan orang lain, tidak saling mengaku paling tinggi. Ini karena perbedaan dan penghargaan di sisi Allah adalah dilihat prestasi pengabdian dan ketakwaannya.<br />
<br />
4) Musyawarah, yakni sikap kompromis dan menghargai pendapat orang lain, tidak menonjolkan kepentingan kelompok, memperhatikan kepentingan bersama untuk meraih kemaslahatan dan kebaikan bersama. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah saw, antara lain di Madinh, yaitu dengan munculnya Piagam Madinah. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Ali-Imran: 159, Q.S. Asu’ara: 38.<br />
<br />
5) Ta’awun, yakni sikap gotong-royong, saling membantu, kebersamaan dalam menghadapi persoalan dan tolong-menolong dalam hal-hal kebaikan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Al-Maidah: 2, Q.S. At-Taubah: 71, q.s. Al-Anfal: 46.<br />
<br />
6) Takaful al-ijtima, yakni sikap pertanggungjawaban bersama senasib sepenanggungan, kebersamaan dan sikap solidaritas sosial. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. At-Tahrim: 6, Q.S. Al-Baqarah:195.<br />
<br />
7) Jihad dan Ijtihad, yakni sikap dan semangat kesungguh-sungguhan, serius menunjukan etos kerja yang tinggi, kreatif, inovatif dalam penyelesaian yang dihadapi. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Ash-Shaff: 4, 10-13.<br />
<br />
8) Fastahiq al-khayrat, yakni sikap dan semangat berlomba-lomba dalam kebaikan, pada berbagai lapangan hidup dan kehidupan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Ali-Imran: 114, Q.S. Al-Mu’minun: 57,61, Q.S. Al-Hadid: 21.<br />
<br />
9) Tasamuh, yakni silap toleransi, tenggang rasa, tidak memaksakan kehendak, mengikuti dan melaksanakan sesuatu dengan landasan ilmu, saling menghargai perbedaan pandangan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Az-Zumar: 18, Q.S. Al-Baqarah: 256, Q.S. Al-Ankabut: 46, Q.S. An-Nahl: 125, 109, 1-6.<br />
<br />
10) Istiqamah, yakni sikap dan semangat berdisiplin, tidak goyah, berjalan terus di atas ajaran yang benar dengan penuh kesabaran. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain Q.S. Fushshilat: 6, 30, 32, Q.S. Al-Ahqaff: 13-14, Q.S. Asy-Syu’ara: 13-15.<br />
<br />
<br />
F. KEBERHASILAN DAN PENGARUH DA’WAH ISLAM<br />
<br />
Sebelum kita melangkah untuk melihat masa-masa terakhir kehidupan Rasulullah saw, sepatutnya kita memberikan perhatian sekilas terhadap aktivitas agung yang menjadi inti kehidupan beliau dan yang membedakan beliau dari seluruh Nabi dan Rasul, sehingga Allah mengangkat beliau sebagai pemimpin orang-orang terdahulu maupun orang-orang di kemudian hari.<br />
<br />
Dikatakan kepada Rasulullah saw: “Wahai orang yang berselimut, bangunlah (untuk shalat), di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya).” (al-Muzzamil: 1-2)<br />
<br />
“Wahai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan!” (al-Muddatstsir: 1-2)<br />
<br />
Maka, beliau pun bangkit dan terus bangkit lebih dari dua puluh tahun, memikul beban amanat besar di bumi ini, seluruh beban aqidah, beban perjuangan dan jihad di berbagai medan.<br />
<br />
Beliau memikul beban perjuangan dan jihad di medan perasaan manusia yang tenggelam dalam angan-angan dan konsepsi jahiliyah serta terbelenggu oleh kehidupan dunia dan syahwat. Ketika perasaan manusia berhasil dibersihkan dari noda-noda jahiliyah dan kehidupan dunia, mulailah peperangan lain di medan yang lain pula, bahkan peperangan ini tiada putus-putusnya. Yaitu, peperangan melawan musuh-musuh da’wah Islam yang bersekongkol untuk menghancurkan da’wah ini sampai ke akarnya sebelum berkembang dan kokoh akarnya. Peperangan di jazirah Arab hampir saja berakhir, Romawi sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi umat yang baru ini serta menghadangnya di perbatasan bagian utara.<br />
<br />
Ketika semua ini berlangsung, peperangan pertama yaitu peperangan perasaan tidaklah berhenti, karena peperangan ini bersifat abadi, peperangan melawan syaithan. Sesaat pun syaithan tidak akan pernah meninggalkan aktivitasnya di dalam hati manusia. Di sanalah, Muhammad saw bangkit menyerukan da’wah Allah, dan melakukan peperangan yang tiada henti-hentinya di berbagai medan. Beliau berjuang menghadapi kesulitan hidup, padahal dunia berada di hadapannya. Beliau berjuang keras tidak kenal lelah, ketika orang-orang mu’min beristirahat menikmati ketenangan dan ketentraman. Semua itu beliau lakukan dengan semangat yang tak pernah kendor dan kesabaran tinggi. Beliau berjuang dalam melakukan qiyamul lail dan beribadah kepada Rab-Nya, membaca Al-Qur’an, dan bermunajat kepada-Nya sebagaimana yang diperintah-Nya.<br />
<br />
Demikianlah, beliau hidup dalam perjuangan dan peperangan yang tiada henti-hentinya lebih dari dua puluh tahun. Selama itu, tidak pernah melalaikan suatu urusan karena sibuk dengan urusan yang lain. Sehingga, da’wah meraih suatu keberhasilan yang gemilang, sulit dicerna oleh akal manusia. Jazirah Arab tunduk kepada da’wah Islam, debu-debu jahiliyah tidak berhamburan lagi di kawasan jazirah Arab, dan akal yang menyimpang telah lurus kembali. Sehingga, berhala-berhala ditinggalkan, bahkan dihancurkan. Udarapun dipenuhi oleh gema suara tauhid. Suara adzan terdengar membelah angkasa di celah-celah padang pasir yang telah dihidupkan oleh iman yang baru. Para da’i bertolak ke arah utara dan selatan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan menegakkan hukum-hukum Allah.<br />
<br />
Berbagai bangsa dan kabilah bertebaran di mana-mana bersatu padu. Manusia pun keluar dari penyembahan terhadap hamba menuju peribadatan kepada Allah. Di sana, tidak ada pihak yang memaksa dan dipaksa, tidak ada tuan dan hamba, penguasa dan rakyat, orang yang zhalim dan terzhalimi. Semuanya adalah hamba Allah, bersaudara dan saling mmencintai, dan melaksanakan hukum-hukum Allah. Allah telah menyingkirkan penyaki-penyakit jahiliyah dan pengagungan terhadap nenek moyang dari diri mereka. Di sana, tidaka ada kelebihan yang dimiliki oleh orang yang berkulit merah atas orang berkulit hitam, kecuali ketaqwaannya. Seluruh manusia adalah anak keturunan Adam, dan adam tercipta dari tanah.<br />
<br />
Berkat da’wah Islam, terwujudlah kesatuan Arab, keadilan sosial, kebahagiaan manusia dalam segala urusan dunia dan akhirat. Perjalanan hari dan wajah bumi pun berubah, demikian garis sejarah dan pola pikir.<br />
<br />
Sebelum ada da’wah Islam, dunia di kuasai oleh semangat kejahiliyahan, sehingga perasaannya memburuk, jiwanya membusuk, nilai-niali moral dan norma-norma sosialnya jadi kacau, dipenuhi kezhaliman dan perbudakan, dirongrong oleh gelombang kemewahan dan kemiskinan, diliputi oleh kekufuran, kesesatan dan kegelapan, meskipun pada saat itu sudah terdapat agama-agama langit. Namun, agama itu telah jauh diselewengkan oleh manusia, sehingga menjadi lumpuh, tidak berdaya menguasai manusia dan berubah menjadi beku, tidak hidup dan tidak memiliki ruh.<br />
<br />
Setelah da’wah Islam tampil dan memainkan perannya dalam kehidupan manusia, jiwa manusia menjadi bersih dari khayalan dan khurafat, perbudakan, kerusakan dan kebusukan, kekotoran dan kemerosotan. Masyarakat pun menjadi bersih dari kezhaliman dan kesewenang-wenangan, perpecahan dan kehancuran, perbedaan kelas, kediktatoran penguasa, dan pelecehan para dukun. Da’wah ini tampil membangun dunia di atas kesucian dan kebersihan, hal-hal yang bersifat positip dan membangun, kebebasan dan pembaruan, pengetahuan dan keyakinan, kepercayaan, keadilan, kehormatan, serta kinerja yang berkesinambungan untuk meningkatkan taraf kehidupan dan menjamin setiap orang untuk memperoleh hak-hak dalam kehidupan.<br />
<br />
Berkat perkembangan-perkembangan ini, jazirah Arab mengalami suatu kebangkitan yang penuh berkah, yang belum pernah dialaminya sejak adanya bangunan di atas jazirah tersebut.<br />
<br />
G. DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Amahzun, Muhammad, Manhaj Dakwah Rasulullah (Manhajun Nabiyy fid Da’wah min Khilalis Sirah ash-Shahihah: al-Ma’rifah, at-Tarbiyah, ath-Thakhthith, at-Tanzhim), terj. Anis Maftukhin dan Nandang Burhanuddin, Jakarta: Qisthi Press, 2004.<br />
<br />
Buthy, Al-, Muhammad Sa’id Ramadhan, Sirah Nabawiyah (Fiqhus Sirah), terj. Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Jakarta: Robbani Press, 2002.<br />
<br />
Jada, Al-, Ahmad, Meneladani Kecerdasan Emosi Nabi (Wallahu Ya’shimuka Minannas) terj. Abdurrahim Ahmad, Jakarta: Pustaka Inti, 2004.<br />
<br />
Mubarakfuri, Al-, Syaikh Shafiyur Rahman, Sejarah Hidup Muhammad; Sirah Nabawiyah (ar-Rahiq al-Makhutum Bahtsun fi as-Sirah an-Nabawiyah ‘ala Shahibiha afdhal as-Shalat was-Salam), terj. Rahmat, Jakarta: Robbani Press, 2002.<br />
<br />
Muhyiddin, Asep dan Syafei, Ahmad, Agus, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 2002.<br />
<br />
Makalah Kelompok I di Presentasikan pada mata kuliah Sejarah Filsafat Pendidikan Islam KI-MP III-B, Kondisi pendidikan masyarakat Arab pada saat kedatangan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, UIN Jakarta, 2006.islamic educationhttp://www.blogger.com/profile/09101869393540653989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2049994804374488657.post-15171922069493038182009-11-13T10:38:00.000+07:002009-11-13T10:38:41.042+07:00tugas iman kepada AllohLakukanwawancara dengan tokoh agama d sekitarmu seputar tema berikut:<br />
1. Mengapa Iman kepada Alloh menjadi dasar bagi keberagamaan seseorang?<br />
2. Mengapa Alloh mempunyai sifat yang wajib diketahui?<br />
3. bagaimana cara mengaplikasikan kandungan sifat alloh dan Asmaul husna dalam kehidupan bermasyarakat?<br />
<br />
Tulislah rangkuman hasil wawancara tersebut ! jangan lupa tulis pula identitas nara sumber !<br />
minimal 10 halaman.islamic educationhttp://www.blogger.com/profile/09101869393540653989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2049994804374488657.post-11817607313315547452009-10-12T10:21:00.001+07:002009-10-12T15:07:17.296+07:00Iman Kepada Alloh,s.w.tIman menurut etimologi berarti<i> percaya</i>, sedangkan menurut terminologi, <i>berarti membenarkan secara dengan hati, lalu diungkapkan dengan kata-kata, dan diapikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Iman kepada Allah SWT berarti meyakininya dengan hati lalu diucapkan dengan lisan, kemudian diaplikasikan dalam kehiduipan sehari-hari.</i><br />
<br />
Iman kepada Allah SWT adalah rukun iman yang pertama. Hal ini menunjukkan bahwa iman kepada Allah SWT merupakan hal yang paling pokok dan mendasar bagi keimanan dan seluruh ajaran islam. Untuk mempertebal keimanan maka seseorang harus mengenal sifat-sifat Allah SWT beserta Asmanya (Asmaul Husna).<br />
<br />
<b>A. Sifat-Sifat Allah SWT</b><br />
<b><br />
</b><br />
<b>1. Allah Bersifat<i> Wujud</i> (Ada), Mustahil Bersifat <i>‘Adam</i> (Tidak Ada)</b><br />
<br />
Allah SWT bersifat wujud atau ada, lawannya tidak ada (adam). Adanya Allah SWT dapat dibuktikan dengan akal yaitu dengan melihat dan memikirkan semua yang ada atau yang terjadi di alam semesta ini. Apabila diperhatikan kejadian dan kerja dari organ-oragn tubuh manusia, pasti terpikir bahwa semua itu pasti ada yang mengatur dan menjadikannya. Demikian juga halnya dengan alam ini. Tidak dapat diterima akal bila alam ini terjadi dengan sendirinya. Jika sebelumnya alam ini belum ada, kemudian menjadikan dirinya sendiri, maka akal yang sehat tidak dapat menerima apabila sesuatu yang belum ada dapat membuat dirinya menjadi ada. Sulit diterima akal, apabila benda tersebut terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan atau menjadikan. Begitu pula keteraturan alam, adanya pergeseran siang dan malam secara teratur, peredaran matahari pada sumbunya, peredaran planet-planet, adanya hukum-hukum alam yang semuanya menunjukkan adanya pengaturan, dan yang mengatur itu adalah Allah SWT.<br />
<br />
<br />
Dalil tentang sifat Allah ini terdapat dalam Al Qur’an Surat Al An’am : 102 yang berbunyi :<br />
<br />
Artinya : <u><i>" (yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu." (QS Al An’am : 102)</i></u><br />
<br />
Menurut fitrah dan pertimbangan akal sehat tidak mungkin Allah SWT tidak ada, karena ada yang dibuat yaitu makhluk. Pendapat bahwa Tuhan itu tidak ada dan memandang alam ini terjdai secara kebetulan adalah <i>irasiona</i>l (tidak masuk akal).<br />
<br />
Manfaat mempelajarinya : <b><i>agar manusia mau mengabdikan diri (menyembah) kepada yang wujud itu yaitu Allah SWT</i></b><br />
<br />
2.<b> Allah Bersifat <i>Qidam</i> (Dahulu), Mustahil bersifat <i>Huduts</i> (Didahului)</b><br />
<br />
Allah SWT bersifat qidam atau dahulu, lawannya bersifat baru atau ada yang mendahului. Hal ini dapat dilihat dengan contoh yang sederhana, yaitu rumah. Rumah dibuat tukang (manusia). Adanya rumah itu setelah adanya manusia (tukang). Dengan kata lain tukang lebih dulu ada dibanding rumah yang dibuatnya. Begitu pula Allah SWT yang meciptakan alam semesta beserta isinya telah lebih dahulu ada dibandingkan alam yang diciptakannya. Namun demikian, adanya Allah SWT tiada bermula dan tiada berakhir.<br />
<br />
Allah SWT adalah Maha Azali, yaitu sudah ada sebelum adanya sesuatu apapun selain dia sendiri, dan akan terus abadi, sebagaimana firmannya :<br />
<br />
Artinya : “<i>Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin]; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al Hadid : 3)</i><br />
<br />
Memperhatikan tanda – tanda kekuasaan Allah, maka akal sehat manusia pasti menolak bahwa yang diciptakan lebih dahulu ada dari yang menciptakan. Pelukis lebih dulu ada dari pelukisnya. Maka mustahil Allah bersifat Huduts.<br />
<br />
Manfaat mempelajarinya :<i><b> agar manusia yakin bahwa Allah SWT telah ada dan sempurna sejak awal.</b></i><br />
<br />
3.<b> Allah Bersifat <i>Baqa’</i> (Kekal) Mustahil<i> Fana </i>(Binasa)</b><br />
<br />
Allah SWT adalah Khaliq (pencipta) dan alam adalah Makhluk (yang diciptakan). Allah SWT sebagai pencipta segala sesuatu mempunyai sifat Baqa’, yaitu kekal selama-lamanya. Semua yang ada di alam ini dapat rusak, binasa, mati dan musnah. Tetapi Allah SWT tetap, tanpa mengalami perubahan, sebagaimana firmannya : <br />
<br />
Artinya :<i> “(26). Semua yang ada di bumi itu akan binasa. (27). Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS Ar Rahman : 26-27)</i><br />
<br />
Allah SWT tidak ada yang menciptakan, maka mustahil bagi Allah SWT memiliki sifat seperti makhluk. Seluruh makhluk di alam semesta ini ada awalnya dan pasti akan berakhir, maka semuanya akan hancur.<br />
<br />
Manfaat mempelajarinya: agar manusia yakin bahwasanya Allah SWT bersifat kekal, sementara manusia pasti binasa dan manusia harus menyiapkan bekal untuk kehidupan sesudah binasa.<br />
<br />
4. <b>Allah Besifat<i> Mukhallafat lil Hawaditsi </i>(Berbeda dari Semua Makhluk), Mustahil<i> Mumatsalatuhu lil Hawaditsi</i> (Ada yang Menyamainya)</b><br />
<br />
Allah SWT berbeda sifatnya dengan semua makhluk. Hal ini mudah dipahami karena Allah SWT adalah pencipta semesta alam, sehingga mustahil pencipta sama dengan yang diciptakannya. Firman Allah SWT : <br />
<br />
Artinya: “…<i>Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS As Syuara : 11)</i><br />
<br />
Kita wajib percaya bahwa Allah SWT berbeda dengan makhluknya. Meja, kursi, papan tulis yang dibuat tentu tidak akan sama bentuk dan rupanya dengan yang membuat. Begitu pula Allah SWT sebagai Khalik pasti berbeda dengan Makhluk.<br />
<br />
Manfaat mempelajarinya : <i>agar manusia yakin bahwa mauusia tidak mampu menandingi zat Allah yang pasti tidak sama dengan manusia</i>.<br />
<br />
5.<b> Allah Bersifat <i>Qiyamuhu Binafsihi</i> (Berdiri Sendiri), Mustahil <i>Qiyamuhu Bighairihi</i> (Bergantung pada Sesuatu)</b><br />
<br />
Allah SWT berdiri sendiri, lawannya adalah dengan bantuan atau bergantung pada yang lain. Allah SWT adalah pencipta alam dengan segala isinya. Ini berarti dalam penciptaan alam tidak ada yang membantu dan dia tidak membutuhkan bantuan sebab Allah Maha Kuasa dan Maha Perkasa, sedangkan sesutau selain Allah SWT adalah makhluk yang lemah dan mustahil menolong penciptanya. Firman Allah SWT : <br />
<br />
Artinya : “… <i>Allah tidak merasa beratb memelihara keduanya dan dia Maha Tinggi lagi Maha Agung.” (QS Al Baqarah : 255).</i><br />
<br />
Allah SWT tidak memerlukan bantuan dari yang lain, dia berkuasa sendiri, karena dia maha Sempurna. Jika Allah SWT memerlukan bantuan dari yang lain berarti Allah bersifat<i><b> Ihtiyaju li ghairihi </b></i>atau <i><b>Qiyamuhu bi ghirihi</b></i>. Itu tidak mungkin bagi Allah SWT, karena menunjukkan kelemahan dan kekurangan. Yang mempunyai sifat kelemahan hanya makhluk, Mustahil dimiliki oleh Allah SWT.<br />
<br />
Manfaat mempelajarinya: agar manusia tidak sombong, karena manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, antara manusia harus saling tolong – menolong karena yang berdiri sendir adalah Allah SWT.<br />
<br />
6.<b> Allah Bersifat <i>Wahdaniyah</i> (Esa), Mustahil <i>‘Adadun </i>(Berbilang)</b><br />
<br />
Agama Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu Esa, lawannya berbilang, yaitu lebih dari satu, baik dzatnya, sifatnya, maupun perbuatannya. Esa dalam dzatnya ialah bahwa dzat atau substansi Allah SWT tidak tersusun dari unsur atau elemen dan tidak dapat dibagi atau diukur.<br />
<br />
Allah SWT adalah zat yang mutlak, tidak dapat disamakan dengan apapun, tidak mungkin dilihat dengan mata, tidak dapat diraba dengan tangan, tidak dapat diketahui dengan panca indera manusia, juga tidak dapat diukur dengan alat apapun, karena dia sangat berbeda dengan apa pun yang ada.<br />
<br />
Allah SWT pun esa dalam perbuatannya, maksudnya tidak ada sesuatu yang mampu berbuat seperti perbuatan khalik. Dia yang mewujudkan semua rencana dan perbuatannya tanpa dipengaruhi pihak lain.<br />
<br />
Jika kita perhatikan alam semesta dan segala isinya, nampak keteraturan antara satu dengan yang lain, itu adalah bukti bahwa alam ini berjalan atas “sunatullah”, tidak nampak sedikitpun benturan. Jika demikian, maka yang mengatur hanya zat yang tunggal, yaitu Allah. Kerusakan akan terjadi bila adanya tuhan lebih dari satu. Firman Allah SWt dalam QS Al Anbiya : 22, yang berbunyi: <br />
<br />
Artinya: "<i>Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan." (QS Al Anbiya : 22)</i><br />
<br />
Keesaan Allah SWT wajib diyakini oleh setiap mukmin secara utuh dan sempurna. Namun jangan sampai memikirkan zat atau bentuk Allah, tetapi yang harus dipirkan hanyalah ciptaannya saja.<br />
<br />
Manfaat mempelajarinya: agar manusia yakin akan keesaan Allah dan hanya taat kepada Allah yang Esa itu.<br />
<br />
7. <b>Allah Bersifat</b><i><b> Qudrat </b></i><b>(Maha Kuasa)</b><i><b>, </b></i><b>Mustahil</b><i><b> ‘Ajzun </b></i><b>( lemah )<br />
</b><br />
<br />
Allah bersifat Maha Kuasa, lawannya lemah, terbatas, dan tidak berkuasa. Allah Maha Kuasa artinya hanya Allah SWT saja yang berkuasa, sedangkan makhluk selain Allah SWT tidak mempunyai kekuasaan apa-apa. Kekuasaan Allah SWT tidak hanya dalam membuat dan menghidupkan saja, tetapi juga berkuasa meniadakan atau mematikan sesuai dengan kehendaknya sendiri. Firman Allah SWT :<br />
<br />
Artinya : “<i>… Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Ali Imran : 26)</i><br />
<br />
Manfaat mempelajarinya: agar manusia tidak berlaku sewenang – wenang bila memiliki kekuasaan, karena kekuasaan yang dimiliki oleh manusia sifatnya hanya sementara dan terbatas.<br />
<br />
8. <b>Allah Bersifat <i>Iradat</i> (Berkehendak), Mustahil <i>Karahah</i> (Terpaksa)</b><br />
<br />
Sifat berkehendak, lawannya adalah terpaksa. Artinya bahwa Allah SWT menjadikan sesuatu sesuai dengan rencana dan kehendaknya.<br />
<br />
Sifat qudrat sangat erat kaitannya dengan sifat iradat. Segala sesuatu yang telah dan akan dijadikan Allah SWT adalah karena kehendak (iradat) Allah sendiri.<br />
<br />
Jika Allah SWT menghendaki sesuatu. Ia cukup hanya berfirman maka jadilah sesuatu yang dikehendakinya itu. Firman Allah SWT : <br />
<br />
Artinya : <i>“Sesungguhnyanya perintahnya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya “Jadilah” maka terjadilah ia.” (QS Yaasiin ; 82)</i><br />
<br />
Manfaat mempelajarinya:<i> agar manusia tidak lekas putus asa bila kehendaknya tidak tercapai atau menemui kegagalan, sebab kewajiban manusia hanyalah berusaha dan yang menentukan adalah Allah SWT.</i><br />
<br />
9. <b>Allah Bersifat <i>Ilmu</i> (Maha Mengetahui), Mustahil <i>Jahlun</i> (Tidak Tahu atau Bodoh)</b><br />
<br />
Allah SWT bersifat Maha Mengetahui, lawannya tidak tahu. Ilmu Allah SWT tidak ada batasnya karena Allah SWT yang menjadikan alam semesta ini. Allah SWT mengetahui segala sesuatu, baik nyata maupun tidak nyata. Allah Maha Berilmu dan merupakan sumber segala ilmu, sedangkan manusia hanya diberikan sedikit ilmu oleh Allah SWT, sebagaimana firmannya : <br />
<br />
Artinya : “…<i>Tidakkah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS Al Isra : 85)</i><br />
<br />
Ilmu artinya mengetahui, maksudnya Allah SWT memiliki sifat Maha Mengetahui terhadap sesuatu. Sifat Allah itu sebagai bukti bahwa Allah tidak pernah didahului oleh ketidak tahuan, begitu pula ilmu Allah itu sangat luas dan tidak dibatasi oleh kelemahan dan kekurangan.<br />
<br />
Allah SWT mengetahui yang nampak dan tersembunyi, mengetahui yang sudah terjadi dan akan terjadi yng ada di langit dan di bumi, bahkan yang tersembunyi di dalam diri setiap manusia. Firman Allah SWT:<br />
<br />
Artinya: <i>Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS Al Hujurat : 18</i><br />
<br />
Allah mustahil bersifat Jahlun (bodoh), karena bodoh merupakan sifat kekurangan, sedangkan Allah SWT Maha Sempurna.<br />
<br />
Manfaat mempelajarinya: <i>agar manusia tidak sombong bila memiliki ilmu pengetahuan sebab ilmu Alla teramat luas dan ilmu manusia terbatas.</i><br />
<br />
10. <b>Allah Bersifat <i>Hayat</i>(Hidup), Mustahil <i>Mautun</i> (Mati)</b><br />
<br />
Allah SWT bersifat Hayat atau hidup, lawannya mati atau mautun. Kehidupan Allah SWT sempurna dalam arti dia hidup untuk selama-lamanya (hidup sempurna), tidak seperti hidupnya manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan serta benda lain yang mengalami kebinasan. Allah SWT kekal. Kalau Allah SWT mati atau tidak hidup tentu tidak akan ada makhluk hidup. Hal ini dapat disimak dalam Al Qur’an. Firman Allah SWT. <br />
<br />
Artinya : <i>“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.” (QS Al Furqan : 58)</i><br />
<br />
Sesuai dengan kekuasaannya, Allah memiliki sifat Hayat yang mutlak, hidup dengan sendirinya dan sifatnya kekal. Hidup tidak pernah berakhir dengan kematian, karena mati hanyalah milik makhluk. Dengan demikian wajib bagi Allah SWT bersifat hayat, dan mustahil bagiNya besifat maut.<br />
<br />
Manfaat mempelajarinya: <i>agar manusia hendaknya bebuat baik selama hidup di dunia yang hanya sekali ini, sebab yang hidup kekal hanya Allah sedang manusia pasti mengalami kematian.</i><br />
<br />
11.<b><i> </i>Allah Bersifat<i> Sama’ </i>(Mendengar), <i>Mustahil ‘Asham (Tuli)</i></b><br />
<br />
Allah SWT bersifat mendengar (sama’), lawannya tuli. Mendengarnya Allah SWT tidak sama dengan mendengarnya manusia. Pendengaran manusia dapat mengalami gangguan, seperti menjadi tuli dan tidak dapat mendengar. Ketajaman pendengaran manusia terbatas dan tidak sama antara satu dengan yang lainnya.<br />
<br />
Allah Maha Mendengar, tidak ada suara yang tidak didengar oleh Allah SWT. Tidak ada kesulitan bagi allam SWT mendengar semua suara walaupun suara itu sangat lemah. Bahkan suara hati manusia akan didengar oleh Allah SWT. Orang yang beriman kepada Allah SWT niscaya akan merasa senang dan tenang karena tidak khawatir bahwa doa atau permohonannya tidak akan didengar oleh Allah SWT. Firman Allah SWT ; <br />
<br />
Artinya : <i>“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.” (QS Al Baqarah : 127)</i><br />
<br />
Setiap muslim di manapun berada, siang atau malam, di tempat ramai atau tersembunyi, senantiada didengar oleh Allah SWT. Sikap ini harus ditanamkan dalam perilaku sehari – hari. Tidak ada kesulitan bagi Allah mendengar sesuatu dan semua suara walaupun suara itu sangat lemah, bahkan suara hati manusia akan didengar oleh Allah SWT.<br />
<br />
Manfaat mempelajarinya:<i> agar manusia dalam berbicara harus berhati – hati, jangan berkata kotor, porno, atau cabul, sebab dimana manusia berbicara Allah pasti mendengar.</i><br />
<br />
12. <b>Allah Bersifat </b><i><b>Bashar (Melihat), </b></i><b>Mustahil</b><i><b> A’ma </b></i><b>(Buta)</b><br />
<br />
Allah bersifat Maha Melihat, lawannya buta. Melihatnya Allah SWT adalah sempurna terhadap apa yang ada di alam ini. Firman Allah SWT :<br />
<br />
Artinya :<i> “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS Al hujurat : 18)</i><br />
<br />
Bashar artinya melihat, maksudya Allah maha meliaht kepada seluruh makhluknya. Penglihatan Allah sangat luas tidak dibatasi oleh suatu apapun. Allah maha melihat terhadap yang nampak maupun yang tersembunyi.<br />
<br />
Manfaat mempelajarinya: <i>agar manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini hati – hati, jangan berbuat maksiat sebab Allah pasti melihat meskipun di mana saja kita berada.</i><br />
<br />
13<b>. Allah Bersifat <i>Kalam </i>(Berfirman), Mustahil <i>Abkam</i> (Bisu)</b><br />
<br />
Allah SWT bersifat kalam, lawannya bisu. Kalam Allah SWT adalah sempurna. Terbukti dalam firmannya yang termaktub dalam Al Qur’an yang sempurna. Karena itu tidak ada bahasa manusia yang dapat menggantikan bahasa (kalam) Allah SWT, karena kalam Allah SWT itu bersih dari segala kata manusia.<br />
<br />
B.<b> Asmaul Husna</b><br />
<br />
Asmaul Husna adalah nama-nama yang baik yang merupakan sifat-sifat Allah SWT. Nama-nama itu banyak kita jumpai dalam Al Qur’an. Diantara nama-nama Allah SWT yang juga sekaligus merupakan sifat-sifat Allah SWT, ialah :<br />
<br />
1. <b>Al ‘Adlu (Adil)</b><br />
<br />
Allah SWT Maha Adil terhadap makhluknya, terbukti dalam segala hal, baik yang meyangkut urusan keduniaan maupun urusan akhirat. Misalnya, dalam ibadah Allah SWT tidak membeda-bedakan si kaya dan si miskin, antara pejabat dengan staff dan sebagainnya. Kadar yang menjadi ukuran di sisi Allah SWT ialah ketakwaan hamba-hambanya. Allah SWT berfirman : <br />
<br />
Artinya : “<i>Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS An Nahl : 90)</i><br />
<br />
2. <b>Al Ghaffar (Pengampun)</b><br />
<br />
Al Ghaffar merupkan sifat Allah yang artinya Pengampun. Maghfirah (ampunan) Allah SWT selalu dilimpahkan kepada makhluknya yang mau mengakui kesalahan dan bertaubat. Sifat pengampun Allah SWT ini dapat dilihat dalam firmannya : <br />
<br />
Artinya :<i> “Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Shaad : 66)</i><br />
<br />
3. <b>Al Hakim (Bijaksana)</b><br />
<br />
Di antara sifat Allah SWT adalah Al Hakim, artinya bijaksana. Kebijaksanaan Allah SWT tidak terbatas kepada bentuk ciptaannya saja, tetapi mencakup segala hal. Sebagai contoh, segala yang diperintahkan Allah SWT, baik yang mengandung ibadah maupun muamalah, selalu mengandung hikmah dan bila dikerjakan akan mendapat pahala. Sebaliknya, sesuatu yang dilarang ada hikmahnya dan bila di tinggalkan akan mendapat pahala. Sifat bijaksan ini dapat diperhatikan pada ayat berikut ini: <br />
<br />
Artinya: “<i>Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Ali Imran : 6)</i><br />
<br />
4.<b> Al Malik (Raja)</b><br />
<br />
Al Malik adalah sifat Allah SWT yang berarti raja. Allah SWT merajai segala apa yang ada di alam ini. Sebagai raja, Dia memiliki sifat kekuasaan dan kesempurnaan, tidak seperti raja di dunia ini yang banyak kekurangan dan kelemahan. Kalau Allah SWT sudah memutuskan sesuatu tak ada satupun yang dapat menolaknya dan kalau Allah SWT melarang sesuatu tidak ada satupun yang dapat mencegahnya. Allah SWT berfirman :<br />
<br />
Artinya:<i> “Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (QS Al Mukminuun : 116)</i><br />
<br />
5.<b> Al Hasib (Pembuat Perhitungan)</b><br />
<br />
Al Hasib adalah sifat Allah SWT yang maksudnya Pembuat Perhitungan. Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT tentunya sudah diperhitungkan dengan cermat dan tepat. Balasan yang berlipat ganda akan diberikan Allah SWT kepada orang-orang yang bersyukur dan berbuat baik. Perhitungan Allah SWT selalu tepat dalam memberi pahala kepada orang yang bebruat kebajikan dan siksa kepada orang yang ingkar kepadanya. Oleh karena itu, sebelum melakukan tindakan, kita harus memperhiutngkan baik buruknya secara cermat, sebab Allah SWT akan menghitung semua amal kita di dunia ini. Allah SWT berfirman: <br />
<br />
Artinya: “<i>…Sesungguhnya Allah selalu membuat perhitungan atas segala sesuatu.” (QS A</i>n Nisa : 86)<br />
<br />
Dengan memahami dan menghayati sifat-sifat dan asma Allah SWT diharapkan akan tumbuh dalam diri manusia kesadaran akan keagungan, kebesaran dan ke Maha Pengasihan Allah SWT terhadap sesamam makhluknya. Dengan demikian, pada akhirnya dapat melahirkan keimanan, sikap pengabdian, rendah hati, mengasihi sesama dan berhati lembut.<br />
<br />
C.<b> Fungsi Iman Kepada Allah SWT</b><br />
<br />
Fungsi iman dalam kehidupan manusia adalah sebagai pegangan hidup. Orang yang beriman tidak mudah putus asa dan ia akan memiliki akhlak yang mulia karena berpegang kepada petunjuk Allah SWT yang selalu menyuruh berbuat baik.<br />
<br />
Fungsi iman kepada Allah SWT akan melahirkan sikap dan kepribadian seperti berikut ini.<br />
<br />
1. Menyadari kelemahan dirinya dihadapan Allah Yang Maha Besar sehingga ia tidak mau bersikap dan berlaku sombong atau takabur serta menghina orang lain<br />
2. Menyadari bahwa segala yang dinimatinya berasal dari Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sikap menyebabkan ia akan menjadi orang yang senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. Ia memanfaatkan segala nikmat Allah SWT sesuai dengan petunjuk dan kehendak Nya<br />
3. Menyadari bahwa dirinya pasti akan mati dan dimintai pertanggungjawaban tentang segala amal perbuatan yang dilakukan. Hal ini menyebabkan ia senantiasa berhati-hati dalam menempuh liku-liku kehidupan di dunia yang fana ini.<br />
4. Merasa bahwa segala tindakannya selalu dilihat oleh Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat. Ia akan berusaha meninggalkan perbuatan yang buruk karena dalam dirinya sudah tertanam rasa malu berbuat salah. Ia menyadari bahwa sekalipun tidak ada orang yang melihatnya namun Allah Maha Melihat. Dalam salah satu riwayat pernah dikisahkan, pada suatu hari Khalifah Umar bin Khattab menjumpai seorang anak pengembala kambing. Lalu Khalifah meminta kepada gembala itu agar mau menjual seekor kambing kepadanya, berapa saja harganya. Namun anak itu berkata: “Kambing ini bukan milikku melainkan milik majikanku”. Lalu Khalifah Umar berkata lagi: “Bukankah majikanmu tidak ada disini?” Jawab anak gemabala tersebut,” Memang benar majikanku tidak disini dan ia tidak mengetahuinya, tetapi Allah Maha Mengetahui” mendengar jawaban anak itu, Umar tertegun karena merasa kagum atas kualitas keimanan anak itu, yakni Allah SWT Maha Melihat dan selalu memperhatikan dirinya, sehingga ia tidak berani berbuat keburukan, walaupun tidak ada orang lain yang melihatnya.<br />
<br />
Sadar dan segera bertaubat apabila pada suatu ketika karena kekhilafan ia berbuat dosa. Ia akan segera memohon ampun dan bertaubat kepada Allah SWT dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan jahat yang dilakukannya, sebagai mana diterangkan dalam Al Qur’an: <br />
<br />
Artinya : <i>“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS An Nisa :135)</i><br />
<br />
Fungsi iman kepada Allah SWT akan menumbuhkan sikap akhlak mulia pada diri seseorang. Ia akan selalu berkata benar, jujur, tidak sombong dan merasa dirinya lemah dihadapan Allah SWT serta tidak berani melanggar larangannya karena ia mempunyai iman yang kokoh. Oleh karena itu, iman memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yakni sebagai alat yang paling ampuh untuk membentengi diri dari segala pengaruh dan bujukan yang menyesatkan. Iman juga sebagai pendorong seseorang untuk melakukan segala amal shaleh.<br />
<br />
LATIHAN<br />
<br />
A. Pilih salah satu jawaban yang tepat dari pernyataan di bawah ini!<br />
<br />
1. Rasulullah SAW bersabda, “berpikirlah kamu tetang semua makhluk Allah tetapi janganlah kamu memikirkan ….”<br />
<br />
A. kekuasaan Allah<br />
B. ciptaan Allah<br />
C. rahmannya Allah<br />
D. dzat Allah<br />
E. rahimnya Allah<br />
<br />
2. Allah SWT sebagai pencipta alam semesta beserta isinya secara logika sudah tentu wajib bersifat …<br />
<br />
A. sama’<br />
B. bashar<br />
C. qiyamuhu binafsihi<br />
D. wahdaniyah<br />
E. qidam<br />
<br />
3. Dalil naqli bahwa Allah itu wajib bersifat wujud antara lain terdapat dalam Al Qur’an surat Al An’am ayat …<br />
<br />
A. 99<br />
B. 100<br />
C. 101<br />
D. 102<br />
E. 103<br />
<br />
4. Kuasanya Allah itu dengan memperhatikan tumbuhan “murbei”, hasil pengamatan kekuasaan Allah dari imam …<br />
<br />
A. Ahmad<br />
B. Hambali<br />
C. Syafi’i<br />
D. Maliki<br />
E. Hanafi<br />
<br />
5. Perhatikan pernyataan-pernyataan berkut!<br />
<br />
A. Tidak ada Tuhan selain Allah<br />
B. Allah SWT pencipta segala sesuatu<br />
C. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang<br />
D. Perintah beribadah hanya kepada Allah<br />
E. Allah SWT pemelihara segala sesuatu<br />
<br />
6. Yang termasuk sifat salbiyah bagi Allah SWT adalah…<br />
A. wadaniyah<br />
B. iradah<br />
C. sama’<br />
D. ilmu<br />
E. kalam<br />
<br />
7. Keyakinan bahwa Allah SWT itu Al Hasib (Maha Menjamin) hendaknya mendorong seorang mukmin untuk …<br />
<br />
A. berserah diri pada nasib<br />
B. tidak berputus asa dan terus berusaha<br />
C. bersikap sederhana dalam kehidupan<br />
D. berbicara yang perlu-perlu saja<br />
E. selalu bermusyawarah dalam setiap masalah<br />
<br />
8. Allah wajib bersifat qidam dan mustahil bersifat …<br />
<br />
A. baqa’<br />
B. fana<br />
C. hudus<br />
D. adam<br />
E. wujud<br />
<br />
9. قَلِيْلاً Arti dari potongan ayat tersebut adalah…<br />
<br />
A. panjang<br />
B. pendek<br />
C. sedikit<br />
D. banyak<br />
E. tinggi<br />
<br />
10. Allah mustahil bersifat ‘ajzu dan wajib bersifat …<br />
<br />
A. wahdaniyah<br />
B. baqa’<br />
C. qudrah<br />
D. iradah<br />
E. fana<br />
<br />
11. Seorang laki-laki yang percaya/ beriman kepada Allah swt disebut ….<br />
<br />
A. muslim<br />
B. muslimat<br />
C. mukmin<br />
D. mukminat<br />
E. muslihin<br />
<br />
12. Tandanya seorang benar imannya kepada Allah swt…<br />
<br />
A. giat menuntut ilmu<br />
B. tunduk dan patuh kepadanya<br />
C. giat bekerja<br />
D. meyakini akan kebesarannya<br />
E. meyakini semua ciptaannya<br />
<br />
13. Beriman kepada Allah swt, dapat diartikan mengakui adanya Allah swt dan semua sifat-sifat….<br />
<br />
A. kekuasaan-Nya<br />
B. kesempurnaannya<br />
C. kebaesarannya<br />
D. keadilannya<br />
E. kehalimannya<br />
<br />
14. Sifat Allah yang wajib diyakini oleh setiap mukmin sebanyak….<br />
<br />
A. 11 sifat<br />
B. 12 sifat<br />
C. 13 sifat<br />
D. 14 sifat<br />
E. 15 sifat<br />
<br />
15. Seorang selalu malu saat akan mengerjakan perbuatan maksiat, karena ia yakin bahwa perbuatannya itu dilihat Allah, Allah bersifat….<br />
<br />
A. baqa<br />
B. sama’<br />
C. bashar<br />
D. qudrat<br />
E. iradat<br />
<br />
16. Sifat yang mustahil bagi Allah swt, ialah yang …. bagi Allah swt.<br />
<br />
A. harus ada<br />
B. tidak mungkin<br />
C. boleh ada<br />
D. tidak boleh tidak<br />
E. mungkin ada<br />
<br />
17. Alam semesta yang indah tertata rapi merupakan dalil aqli bahwa ….<br />
<br />
A. Allah swt ada<br />
B. Allah swt kekal abadi<br />
C. Allah swt mendengar<br />
D. Allah swt melihat<br />
E. Allah swt mengetahui<br />
<br />
18. Allah swt Maha Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan diterangkan dalam Al Qur an….<br />
<br />
A. surat Al Asr<br />
B. surat Al Kautsar<br />
C. surat Al Ikhlas<br />
D. surat Al Mulk<br />
E. surat Al Hasyar<br />
<br />
19. andaikan negara indonesia di pimpin oleh 2 orang presiden, pasti negara akan kacau balau. begitu juga kalau dunia di kuasai oleh 2 Tuhan pasti dunia ini akan hancur.ini menunjukan dalil aqli bahwa Allah swt bersifat…<br />
<br />
A. wahdaniyah<br />
B. qidam<br />
C. iradat<br />
D. bashar<br />
E. kalam<br />
<br />
20. Allah selalu memperhatikan setiap perbuatan manusia yang baik dan yang buruk karena Allah swt bersifat….<br />
<br />
A. sama’<br />
B. bashar<br />
C. iradat<br />
D. bashar<br />
E. kalam<br />
<br />
B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan benar!<br />
<br />
1. Sebutkan tiga sifat wajib bagi Allah SWT!<br />
<br />
2. Sebutkan tiga sifat mustahil bagi Allah SWT!<br />
<br />
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “asmaul husna”!<br />
<br />
4. Jelaskan fungsi iman kepada Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari!<br />
<br />
5. Ada berapakah asmaul husna itu? Coba kamu sebutkan sebanyak-banyaknya!<br />
<br />
6. Tunjukkan dalil Aqli tentang wujud Allah SWT!<br />
<br />
7. Apa yang dimaksud dengan iman? Jelaskan!<br />
<br />
8. Apa yang dimaksud dengan beriman kepada Allah SWT?<br />
<br />
9. Apa saja yang menjadi bukti bahwa Allah maha kuasa? Coba kamu tuliskan!<br />
<br />
10. Pantaskah orang yang berilmu tinggi brsikap sombong? Apa alasannya?islamic educationhttp://www.blogger.com/profile/09101869393540653989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2049994804374488657.post-29175419809536648082009-07-21T11:35:00.001+07:002009-09-09T09:40:49.360+07:00Proses Penciptaan Manusia<div style="text-align: justify;">Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa informasi di dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi orang yang hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai berikut:<br />
<br />
1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya<br />
(spermazoa).<br />
<br />
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.<br />
<br />
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.<br />
<br />
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.<br />
<br />
Setetes Mani<br />
Selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur'an :<br />
<br />
"Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?" (QS Al Qiyamah:36-37)<br />
<br />
Seperti yang telah kita amati, Al-Qur'an memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut berasal dari Ilahi.<br />
<br />
Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim<br />
<br />
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai "zigot" dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi "segumpal daging". Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.<br />
<br />
Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. (Moore, Keith L., E. Marshall Johnson, T. V. N. Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A. Ahmed, 1992, Human Development as Described in the Qur'an and Sunnah, Makkah, Commission on Scientific Signs of the Qur'an and Sunnah, s. 36)<br />
<br />
Di sini, pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur'an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata "'alaq" dalam Al Qur'an:<br />
<br />
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari 'alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah." (QS Al 'Alaq:1-3)<br />
<br />
Arti kata "'alaq" dalam bahasa Arab adalah "sesuatu yang menempel pada suatu tempat". Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.<br />
<br />
Pembungkusan Tulang oleh Otot<br />
<br />
Sisi penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur'an adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.<br />
<br />
"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (QS Al Mu'minun:14)<br />
<br />
Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur'an adalah benar kata demi katanya.<br />
<br />
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.<br />
<br />
Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut:<br />
<br />
Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore, Developing Human, 6. edition,1998.)<br />
<br />
Tiga Tahapan Bayi Dalam Rahim<br />
<br />
Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.<br />
<br />
"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Al Qur'an, 39:6)<br />
<br />
Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi yang dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:<br />
<br />
"Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan sampai kelahiran." (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.)<br />
<br />
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:<br />
<br />
- Tahap Pre-embrionik<br />
<br />
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.<br />
<br />
- Tahap Embrionik<br />
<br />
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai "embrio". Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan- lapisan sel tersebut.<br />
<br />
- Tahap fetus<br />
<br />
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.<br />
<br />
<br />
Yang Menentukan Jenis Kelamin Bayi<br />
<br />
"Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan." (QS An Najm:45-46)<br />
<br />
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur'an ini. Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.<br />
<br />
Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut "XY" pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.<br />
<br />
Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria.<br />
<br />
Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita.</div>islamic educationhttp://www.blogger.com/profile/09101869393540653989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2049994804374488657.post-85688560154916020262009-07-17T10:36:00.001+07:002009-09-09T09:41:09.086+07:00Dengki atau Hasud<div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 100%;">Allah SWT berfirman, “Katakanlah wahai Muhammad, saya berlindung kepada Tuhan yang mengatur makhluk dari kejahatan makhlukNya. Dari kejahatan orang yang dengki ketika dia melahirkan kedengkiannya”(Qs Al Falaq 1-5)<br />
<br />
<br />
<br />
Dalam surat ini disampaikan agar manusia berlindung kepadaNya dengan mengingat dengki.<br />
<br />
AbduLlah bin Mas’ud mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAWW bersabda, “Ada tiga hal yang menjadi dasar (pangkal) setiap kesalahan maka jagalah dan hindarilah. Pertama hindarilah olehmu sombong karena kesombongann ini telah membawa iblis tidak mau sujud kepada Nabi Adam AS. Kedua, hindarilah olehmu sifat tamak, karena tamak ini telah menjadikan Adam AS memakan pohon khuldi . ketiga, takutlah kamu akan sifat dengki karena kedua anak Adam salah satunya telah membunuh yang lain yang disebabkan oleh dengki”.<br />
<br />
Menurut sebagian ulama bahwa orang yang selalu dengki adalah orang yang selalu ingkar karena tidak rela kepada orang lain yang mendapatkan kenikmatan. Menurut yang lain, orang yang dengki tidak akan dapat dihitamkan (dihilangkan). Menurut sebagian ulama, kata dengki dikutip dari firman Allah Ta’ala, “Katakanlah sesungguhnya yang diharamkan oleh Tuhanmu hanya segala yang keji, baik yang lahir maupun yang bathin”(QS Al A’raf: 33)<br />
<br />
Menurut pendapat yang lain bahwa yang dimaksud “yang bathin” dalam ayat ini adalah dengki. Dalam sebagian kitab dijelaskan bahwa orang yang dengki orang yang membenci kenikmatan. Menurut satu pendapat, bekas (pengaruh) dengki akan nampak sebelum nampaknya permusuhan.<br />
<br />
<br />
<br />
Al-Ashmu’I mengatakan, “Saya melihat orang Arab yang mencapai umur 120 tahun. Saya berkata, “alangkah panjangnya umurmu”. Dia menjawab, “Saya tidak pernah dengki sampai saya diberikan umur sekian”. Ibnu Mubarak pernah mengatakan, “Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan hati seorang pemimpin seperti hati orang yang dengki”. (Artinya orang yang dengki tidak akan pernah menjadi pemimpin orang lain)<br />
<br />
<br />
<br />
Di dalam sebagian hadis dijelaskan, di langit yang ke lima terdapat malaikat. Perbuatan setiap orang akan melewatinya. Malaikat itu bersinar seperti sinarya matahari. Dia mengatakan, “Berhentilah, saya adalaah malaikat yang menjaga perbuatan dengki. Oleh karena itu pukulkanlah kepada pemiliknya karena dia adalah orang yang dengki”. Mu’awiyah bin Abu Sufyan mengatakan, “Saya akan merelakan setiap orang kecuali orang yang dengki. Dia tidak akan rela sebelum kenikmatan orang lain hilang”.<br />
<br />
Menurut satu pendapat, orang dengki adalah orang yang lalim dan perampas. Dia tidak akan tinggal diam dan tidak akan membiarkan. Umar bin Abdul Azis mengatakan, “Saya tidak pernah melihat orang yang lalai lebih dari pada apa yang dialami oleh orang yang dengki karena dia tertimpa kesusahan yang mendalam dan kehilangan jati dirinya secara berutrut turut.<br />
<br />
<br />
<br />
Menurut sebagian Ulama, sebagian tanda sifat dengki adalah menipu apabila berada di hadapan orang lain, dan mengumpatnya apabila sudah pergi, dan mencaci maki apabila musibah tidak menimpa. Menurut Mu’awiyah bin Abu Sufyan, menghindari dengki dan membunuh sebelum di dengki bukan termasuk bagian dari sifat dengki. Manurut yang lain, Allah Ta’ala menurunkan wahyu kepada Nabi Sulaiman bin Dawud AS, “Aku berwasiyat kepadamu mengenahi tujuh hal. Diantaranya, jangan mengumpat hamba-hambaku yang saleh dan jangan mendengkinya”. Dia mengatakan, “Ya Tuhan, Engkaulah Dzat yang memberi kecukupan kepadaku”.<br />
<br />
<br />
<br />
Manurut satu ungkapan, Nabi Musa As pernah melihat seorang laki-laki berada di singgasana kerajaan. Nabi Musa AS merasa senang dan bertanya kepada seseorang, “Apa yang dilakukan orang itu ?”<br />
<br />
“Orang itu tidak pernah dengki kepada orang lain sehingga ia diberi keistimewaan oleh Allah Ta’ala.” Jawabnya.<br />
<br />
<br />
<br />
Menurut sebagian ulama, orang yang dengki adalah orang yang apabila melihat orang lain mendapatkan kenikmatan, maka dia merasa bingung. Apabila orang lain me dapatkan kesengsaraan, dia mencaci maki.<br />
<br />
Menurut satu pendapat, orang yang dengki adalah orang yang tidak senang kepada orang lain yang tidak berdosa dan kikir terhadap sesuatu yang tidak dimiliki. Oleh karena itu terdapat ungkapan, jangan mengharap cinta kasih kepada orang yang mendengkimu. Dia tidak akan menmerima uluran baikmu .<br />
<br />
Menurut sebagian ulama yang lain, Apabila allah SWT hendak menguasakan seseorang kepada musuh yang tidak akan kasihan kepadanya, pasti Alah SWT menguasakan kepadanya orang yang dengki, sebagimana sya’ir<br />
<br />
<br />
<br />
Engkau telah memberikan kecukupan<br />
<br />
Kepada orang dari satu kejadian<br />
<br />
Kecuali permusuhan orang<br />
<br />
Yang dimusuhi orang yang dengki<br />
<br />
Setiap permusuhan<br />
<br />
Diharapkan kematiannya<br />
<br />
Kecuali permusuhan orang<br />
<br />
Yang dimusuhi orang lain<br />
<br />
Apabila Allah hendak meluaskan keutamaan<br />
<br />
Dia pasti menyebarkannya<br />
<br />
Yang mulut orang yang dengki<br />
<br />
Telah memberikan ketentuan<br />
<br />
<br />
<br />
Ibnu Mu’adz mengatakan<br />
<br />
<br />
<br />
Katakan kepada orang yang dengki<br />
<br />
Jika engkau ingin menghilangkan celaan<br />
<br />
Wahai orang yang menganiaya<br />
<br />
Seakan-akan ia orang yang dianiaya</span></div>islamic educationhttp://www.blogger.com/profile/09101869393540653989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2049994804374488657.post-17120474740173827522009-07-16T10:33:00.001+07:002009-09-09T09:41:25.967+07:00Al-Qur'anAl-Qur'an adalah kitab suci umat Islam. Bagi Muslim, Al-Quran merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Al-Qur'an merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang sangat berharga bagi umat Islam hingga saat ini. Di dalamnya terkandung petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun akhirat.<br />
<div style="text-align: justify;">Bagian-bagian Al-Qur'an<br />
<br />
Al-Qur'an mempunyai 114 surat,6236 ayat dengan surat terpanjang terdiri atas 286 ayat, yaitu Al Baqarah, dan terpendek terdiri dari 3 ayat, yaitu Al-'Ashr, Al-Kautsar, dan An-Nashr.<br />
Sebagian ulama menyatakan jumlah ayat di Al-Qur'an adalah 6.236, sebagian lagi menyatakan 6.666. Perbedaan jumlah ayat ini disebabkan karena perbedaan pandangan tentang kalimat Basmalah pada setiap awal surat (kecuali At-Taubah), kemudian tentang kata-kata pembuka surat yang terdiri dari susunan huruf-huruf seperti Yaa Siin, Alif Lam Miim, Ha Mim dll. Ada yang memasukkannya sebagai ayat, ada yang tidak mengikutsertakannya sebagai ayat.<br />
<br />
Untuk memudahkan pembacaan dan penghafalan, para ulama membagi Al-Qur'an dalam 30 juz yang sama panjang, dan dalam 60 hizb (biasanya ditulis di bagian pinggir Al-Qur'an).<br />
Masing-masing hizb dibagi lagi menjadi empat dengan tanda-tanda ar-rub' (seperempat), an-nisf (seperdua), dan as-salasah (tiga perempat).<br />
<br />
Selanjutnya Al-Qur'an dibagi pula dalam 554 ruku', yaitu bagian yang terdiri atas beberapa ayat. Setiap satu ruku' ditandai dengan huruf 'ain di sebelah pinggirnya. Surat yang panjang berisi beberapa ruku', sedang surat yang pendek hanya berisi satu ruku'.<br />
Nisf Al-Qur'an (tanda pertengahan Al-Qur'an), terdapat pada surat Al-Kahfi ayat 19 pada lafal walyatalattaf yang artinya: "hendaklah ia berlaku lemah lembut".<br />
Sejarah Turunnya Al-Qur'an<br />
<br />
Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai cara, antara lain:<br />
<br />
1. Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW tanpa memperlihatkan wujud aslinya. Nabi SAW tiba-tiba saja merasakan wahyu itu telah berada di dalam hatinya.<br />
2. Malaikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan mengucapkan kata-kata di hadapan Nabi SAW.<br />
3. Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti bunyi gemerincing lonceng.<br />
Menurut Nabi SAW, cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi SAW mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di musim dingin yang sangat dingin.<br />
4. Malaikat Jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujudnya yang asli.<br />
<br />
Setiap kali mendapat wahyu, Nabi SAW lalu menghafalkannya. Beliau dapat mengulangi wahyu yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan Jibril kepadanya. Hafalan Nabi SAW ini selalu dikontrol oleh Malaikat Jibril.<br />
<br />
Al-Qur'an diturunkan dalam 2 periode, yang pertama Periode Mekah, yaitu saat Nabi SAW bermukim di Mekah (610-622 M) sampai Nabi SAW melakukan hijrah. Ayat-ayat yang diturunkan pada masa itu disebut ayat-ayat Makkiyah, yang berjumlah 4.726 ayat, meliputi 89 surat.<br />
<br />
Kedua adalah Periode Madinah, yaitu masa setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah (622-632 M). Ayat-ayat yang turun dalam periode ini dinamakan ayat-ayat Madaniyyah, meliputi 1.510 ayat dan mencakup 25 surat.<br />
Ciri-ciri Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyyah<br />
Makkiyah Madaniyyah<br />
Ayat-ayatnya pendek-pendek, Ayat-ayatnya panjang-panjang,<br />
Diawali dengan yaa ayyuhan-nâs (wahai manusia), Diawali dengan yaa ayyuhal-ladzîna âmanû (wahai orang-orang yang beriman).<br />
Kebanyakan mengandung masalah tauhid, iman kepada Allah SWT, hal ihwal surga dan neraka, dan masalah-masalah yang menyangkut kehidupan akhirat (ukhrawi), Kebanyakan tentang hukum-hukum agama (syariat), orang-orang yang berhijrah (Muhajirin) dan kaum penolong (Anshar), kaum munafik, serta ahli kitab.<br />
<br />
Ayat Al-Qur'an yang pertama diterima Nabi Muhammad SAW adalah 5 ayat pertama surat Al-'Alaq, ketika ia sedang berkhalwat di Gua Hira, sebuah gua yang terletak di pegunungan sekitar kota Mekah, pada tanggal 17 Ramadhan (6 Agustus 610). Kala itu usia Nabi SAW 40 tahun.<br />
Kodifikasi Al-Qur'an<br />
<br />
Kodifikasi atau pengumpulan Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW, bahkan sejak Al-Qur'an diturunkan. Setiap kali menerima wahyu, Nabi SAW membacakannya di hadapan para sahabat karena ia memang diperintahkan untuk mengajarkan Al-Qur'an kepada mereka.<br />
Disamping menyuruh mereka untuk menghafalkan ayat-ayat yang diajarkannya, Nabi SAW juga memerintahkan para sahabat untuk menuliskannya di atas pelepah-pelepah kurma, lempengan-lempengan batu, dan kepingan-kepingan tulang.<br />
<br />
Setelah ayat-ayat yang diturunkan cukup satu surat, Nabi SAW memberi nama surat tsb untuk membedakannya dari yang lain. Nabi SAW juga memberi petunjuk tentang penempatan surat di dalam Al-Qur'an. Penyusunan ayat-ayat dan penempatannya di dalam susunan Al-Qur'an juga dilakukan berdasarkan petunjuk Nabi SAW. Cara pengumpulan Al-Qur'an yang dilakukan di masa Nabi SAW tsb berlangsung sampai Al-Qur'an sempurna diturunkan dalam masa kurang lebih 22 tahun 2 bulan 22 hari.<br />
<br />
Untuk menjaga kemurnian Al-Qur'an, setiap tahun Jibril datang kepada Nabi SAW untuk memeriksa bacaannya. Malaikat Jibril mengontrol bacaan Nabi SAW dengan cara menyuruhnya mengulangi bacaan ayat-ayat yang telah diwahyukan. Kemudian Nabi SAW sendiri juga melakukan hal yang sama dengan mengontrol bacaan sahabat-sahabatnya. Dengan demikian terpeliharalah Al-Qur'an dari kesalahan dan kekeliruan.<br />
Para Hafidz dan Juru Tulis Al-Qur'an<br />
<br />
Pada masa Rasulullah SAW sudah banyak sahabat yang menjadi hafidz (penghafal Al-Qur'an), baik hafal sebagian saja atau seluruhnya. Di antara yang menghafal seluruh isinya adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah, Sa'ad, Huzaifah, Abu Hurairah, Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Umar bin Khatab, Abdullah bin Abbas, Amr bin As, Mu'awiyah bin Abu Sofyan, Abdullah bin Zubair, Aisyah binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar, Ummu Salamah, Ubay bin Ka'b, Mu'az bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Abu Darba, dan Anas bin Malik.<br />
<br />
Adapun sahabat-sahabat yang menjadi juru tulis wahyu antara lain adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Amir bin Fuhairah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka'b, Mu'awiyah bin Abu Sofyan, Zubair bin Awwam, Khalid bin Walid, dan Amr bin As.<br />
<br />
Tulisan ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis oleh mereka disimpan di rumah Rasulullah, mereka juga menulis untuk disimpan sendiri. Saat itu tulisan-tulisan tsb belum terkumpul dalam satu mushaf seperti yang dijumpai sekarang. Pengumpulan Al-Qur'an menjadi satu mushaf baru dilakukan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, setelah Rasulullah SAW wafat.</div>islamic educationhttp://www.blogger.com/profile/09101869393540653989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2049994804374488657.post-87182280719823650402009-07-16T10:26:00.001+07:002009-09-09T09:41:54.238+07:00Ibadah Haji Syarat, Rukun, dan Wajib Haji Syarat Haji<div style="text-align: justify;">1. Islam<br />
2. Akil Balig<br />
3. Dewasa<br />
4. Berakal<br />
5. Waras<br />
6. Orang merdeka (bukan budak)<br />
7. Mampu, baik dalam hal biaya, kesehatan, keamanan, dan nafkah bagi keluarga yang ditinggal berhaji<br />
<br />
Rukun Haji<br />
<br />
Rukun haji adalah perbuatan-perbuatan yang wajib dilakukan dalam berhaji. Rukun haji tsb adalah:<br />
<br />
1. Ihram<br />
2. Wukuf di Arafah<br />
3. Tawaf ifâdah<br />
4. Sa'i<br />
5. Mencukur rambut di kepala atau memotongnya sebagian<br />
6. Tertib<br />
<br />
Rukun haji tsb harus dilakukan secara berurutan dan menyeluruh. Jika salah satu ditinggalkan, maka hajinya tidak sah.<br />
Wajib Haji<br />
<br />
1. Memulai ihram dari mîqât (batas waktu dan tempat yang ditentukan untuk melakukan ibadah haji dan umrah)<br />
2. Melontar jumrah<br />
3. Mabît (menginap) di Mudzdalifah, Mekah<br />
4. Mabît di Mina<br />
5. Tawaf wada' (tawaf perpisahan)<br />
<br />
Jika salah satu dari wajib haji ini ditinggalkan, maka hajinya tetap sah, namun harus membayar dam (denda).<br />
Pelaksanaan Ibadah Haji (Manasik Haji)<br />
<br />
Tata cara manasik haji adalah sebagai berikut:<br />
1. Melakukan ihram dari mîqât yang telah ditentukan<br />
<br />
Ihram dapat dimulai sejak awal bulan Syawal dengan melakukan mandi sunah, berwudhu, memakai pakaian ihram, dan berniat haji dengan mengucapkan Labbaik Allâhumma hajjan, yang artinya "aku datang memenuhi panggilanmu ya Allah, untuk berhaji".<br />
Kemudian berangkat menuju arafah dengan membaca talbiah untuk menyatakan niat:<br />
<br />
Labbaik Allâhumma labbaik, labbaik lâ syarîka laka labbaik, inna al-hamda, wa ni'mata laka wa al-mulk, lâ syarîka laka<br />
<br />
Artinya:<br />
<br />
Aku datang ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu; Aku datang, tiada sekutu bagi-Mu, aku datang; Sesungguhnya segala pujian, segala kenikmatan, dan seluruh kerajaan, adalah milik Engkau; tiada sekutu bagi-Mu.<br />
<br />
2. Wukuf di Arafah<br />
<br />
Dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijah, waktunya dimulai setelah matahari tergelincir sampai terbit fajar pada hari nahar (hari menyembelih kurban) tanggal 10 Zulhijah.<br />
Saat wukuf, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu: shalat jamak taqdim dan qashar zuhur-ashar, berdoa, berzikir bersama, membaca Al-Qur'an, shalat jamak taqdim dan qashar maghrib-isya.<br />
3. Mabît di Muzdalifah, Mekah<br />
<br />
Waktunya sesaat setelah tengah malam sampai sebelum terbit fajar. Disini mengambil batu kerikil sejumlah 49 butir atau 70 butir untuk melempar jumrah di Mina, dan melakukan shalat subuh di awal waktu, dilanjutkan dengan berangkat menuju Mina. Kemudian berhenti sebentar di masy'ar al-harâm (monumen suci) atau Muzdalifah untuk berzikir kepada Allah SWT (QS 2: 198), dan mengerjakan shalat subuh ketika fajar telah menyingsing.<br />
4. Melontar jumrah 'aqabah<br />
<br />
Dilakukan di bukit 'Aqabah, pada tanggal 10 Zulhijah, dengan 7 butir kerikil, kemudian menyembelih hewan kurban.<br />
5. Tahalul<br />
<br />
Tahalul adalah berlepas diri dari ihram haji setelah selesai mengerjakan amalan-amalan haji.<br />
Tahalul awal, dilaksanakan setelah selesai melontar jumrah 'aqobah, dengan cara mencukur/memotong rambut sekurang-kurangnya 3 helai.<br />
Setelah tahalul, boleh memakai pakaian biasa dan melakukan semua perbuatan yang dilarang selama ihram, kecuali berhubungan seks.<br />
<br />
Bagi yang ingin melaksanakan tawaf ifâdah pada hari itu dapat langsung pergi ke Mekah untuk tawaf. Dengan membaca talbiah masuk ke Masjidil Haram melalui Bâbussalâm (pintu salam) dan melakukan tawaf. Selesai tawaf disunahkan mencium Hajar Aswad (batu hitam), lalu shalat sunah 2 rakaat di dekat makam Ibrahim, berdoa di Multazam, dan shalat sunah 2 rakaat di Hijr Ismail (semuanya ada di kompleks Masjidil Haram).<br />
<br />
Kemudian melakukan sa'i antara bukit Shafa dan Marwa, dimulai dari Bukit Shafa dan berakhir di Bukit Marwa. Lalu dilanjutkan dengan tahalul kedua, yaitu mencukur/memotong rambut sekurang-kurangnya 3 helai.<br />
Dengan demikian, seluruh perbuatan yang dilarang selama ihram telah dihapuskan, sehingga semuanya kembali halal untuk dilakukan.<br />
Selanjutnya kembali ke Mina sebelum matahari terbenam untuk mabît di sana.<br />
6. Mabît di Mina<br />
<br />
Dilaksanakan pada hari tasyrik (hari yang diharamkan untuk berpuasa), yaitu pada tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah. Setiap siang pada hari-hari tasyrik itu melontar jumrah ûlâ, wustâ, dan 'aqabah, masing-masing 7 kali.<br />
<br />
Bagi yang menghendaki nafar awwal (meninggalkan Mina tanggal 12 Zulhijah setelah jumrah sore hari), melontar jumrah dilakukan pada tanggal 11 dan 12 Zulhijah saja. Tetapi bagi yang menghendaki nafar sânî atau nafar akhir (meninggalkan Mina pada tanggal 13 Zulhijah setelah jumrah sore hari), melontar jumrah dilakukan selama tiga hari (11, 12, dan 13 Zulhijah).<br />
Dengan selesainya melontar jumrah maka selesailah seluruh rangkaian kegiatan ibadah haji dan kembali ke Mekah.<br />
7. Tawaf ifâdah<br />
<br />
Bagi yang belum melaksanakan tawaf ifâdah ketika berada di Mekah, maka harus melakukan tawaf ifâdah dan sa'i. Lalu melakukan tawaf wada' sebelum meninggalkan Mekah untuk kembali pulang ke daerah asal.<br />
Umrah<br />
<br />
Umrah artinya berkunjung atau berziarah. Setiap orang yang melakukan ibadah haji wajib melakukan umrah, yaitu perbuatan ibadah yang merupakan kesatuan dari ibadah haji. Pelaksanaan umrah ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah: 196 yang artinya "Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah..."<br />
<br />
Mengenai hukum umrah, ada beberapa perbedaan pendapat. Menurut Imam Syafi'i hukumnya wajib. Menurut Mazhab Maliki dan Mazhab Hanafi hukumnya sunah mu'akkad (sunah yang dipentingkan).<br />
Umrah diwajibkan bagi setiap muslim hanya 1 kali saja, tetapi banyak melakukan umrah juga disukai, terlebih jika dilakukan di bulan Ramadhan. Hal ini didasarkan pada hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya "Umrah di dalam bulan Ramadhan itu sama dengan melakukan haji sekali".<br />
Pelaksanaan umrah<br />
<br />
Tata cara pelaksanaan ibadah umrah adalah: mandi, berwudhu, memakai pakaian ihram di mîqât, shalat sunah ihram 2 rakaat, niat umrah dan membaca Labbaik Allâhumma 'umrat(an) (Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, untuk umrah), membaca talbiah serta doa, memasuki Masjidil Haram, tawaf, sa'i, dan tahalul.<br />
Syarat, Rukun, dan Wajib Umrah<br />
<br />
Syarat untuk melakukan umrah adalah sama dengan syarat dalam melakukan ibadah haji. Adapun rukun umrah adalah:<br />
<br />
1. Ihram<br />
2. Tawaf<br />
3. Sa'i<br />
4. Mencukur rambut kepala atau memotongnya<br />
5. Tertib, dilaksanakan secara berurutan<br />
<br />
Sementara itu wajib umrah hanya satu, yaitu ihram dari mîqât.<br />
Larangan dalam Haji dan Umrah<br />
<br />
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh orang yang sudah memakai pakaian ihram dan sudah berniat melakukan ibadah haji/umrah adalah:<br />
<br />
1. Melakukan hubungan seksual atau apa pun yang dapat mengarah pada perbuatan hubungan seksual<br />
2. Melakukan perbuatan tercela dan maksiat<br />
3. Bertengkar dengan orang lain<br />
4. Memakai pakaian yang berjahit (bagi laki-laki)<br />
5. Memakai wangi-wangian<br />
6. Memakai khuff (kaus kaki atau sepatu yang menutup mata kaki)<br />
7. Melakukan akad nikah<br />
8. Memotong kuku<br />
9. Mencukur atau mencabut rambut<br />
10. Memakai pakaian yang dicelup yang mempunyai bau harum<br />
11. Membunuh binatang buruan<br />
12. Memakan daging binatang buruan<br />
<br />
Macam-macam Haji<br />
1. Haji ifrâd<br />
<br />
Haji ifrâd yaitu membedakan ibadah haji dengan umrah. Ibadah haji dan umrah masing-masing dikerjakan tersendiri. Pelaksanaannya, ibadah haji dilakukan terlebih dulu, setelah selesai baru melakukan umrah. Semuanya dilakukan masih dalam bulan haji.<br />
<br />
Cara pelaksanaannya adalah:<br />
a. ihram dari mîqât dengan niat untuk haji<br />
b. ihram dari mîqât dengan niat untuk umrah<br />
2. Haji tamattu'<br />
<br />
Haji tamattu' adalah melakukan umrah terlebih dulu pada bulan haji, setelah selesai baru melakukan haji.<br />
Orang yang melakukan haji tamattu' wajib membayar hadyu (denda), yaitu dengan menyembelih seekor kambing. Jika tidak mampu dapat diganti dengan berpuasa selama 10 hari, yaitu 3 hari selagi masih berada di tanah suci, dan 7 hari setelah kembali di tanah air.<br />
<br />
Cara pelaksanaannya adalah:<br />
a. ihram dari mîqât dengan niat untuk umrah<br />
b. melaksanakan haji setelah selesai melaksanakan semua amalan umrah<br />
3. Haji qirân<br />
<br />
Haji qirân adalah melaksanakan ibadah haji dan umrah secara bersama-sama. Dengan demikian segala amalan umrah sudah tercakup dalam amalan haji.<br />
<br />
Cara pelaksanaannya adalah:<br />
a. ihram dari mîqât dengan niat untuk haji dan umrah sekaligus<br />
b. melakukan seluruh amalan haji<br />
Amalan-Amalan Haji dan Umrah<br />
1. Mîqât<br />
<br />
Mîqât adalah batas waktu dan tempat melakukan ibadah haji dan umrah. Mîqât terdiri atas mîqât zamânî dan mîqât makânî.<br />
<br />
Mîqât zamânî adalah kapan ibadah haji sudah boleh dilaksanakan.<br />
Berdasarkan kesepakatan para ulama yang bersumber dari sunah Rasulullah SAW, mîqât zamânî jatuh pada bulan Syawal, Zulkaidah, sampai dengan tanggal 10 Zulhijah.<br />
<br />
Mîqât makânî adalah dari tempat mana ibadah haji sudah boleh dilaksanakan.<br />
Tempat-tempat untuk mîqât makânî adalah:<br />
<br />
* Zulhulaifah atau Bir-Ali (450 km dari Mekah) bagi orang yang datang dari arah Madinah<br />
* Al-Juhfah atau Rabiq (204 km dari Mekah) bagi orang yang datang dari arah Suriah, Mesir, dan wilayah-wilayah Maghrib<br />
* Yalamlan (sebuah gunung yang letaknya 94 km di selatan Mekah) bagi orang yang datang dari arah Yaman<br />
* Qarnul Manazir (94 km di timur Mekah) bagi orang yang datang dari arah Nejd<br />
* Zatu Irqin (94 km sebelah timur Mekah) bagi orang yang datang dari arah Irak<br />
<br />
2. Ihram<br />
<br />
Ihram ialah niat melaksanakan ibadah haji atau umrah dan memakai pakaian ihram.<br />
Bagi laki-laki, pakaian ihram adalah dua helai pakaian tak berjahit untuk menutup badan bagian atas dan sehelai lagi untuk menutup badan bagian bawah. Kepala tidak ditutup dan memakai alas kaki yang tidak menutup mata kaki.<br />
Bagi wanita, pakaian ihram adalah kain berjahit yang menutup seluruh tubuh kecuali wajah.<br />
<br />
Sunah ihram adalah memotong kuku, kumis, rambut ketiak, rambut kemaluan, dan mandi. Kemudian melakukan shalat sunah ihram 2 rakaat (sebelum ihram), membaca talbiah, shalawat, dan istighfar (sesudah ihram dimulai).<br />
3. Tawaf<br />
<br />
Tawaf adalah mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali, dimulai dari arah yang sejajar dengan Hajar Aswad dan Ka'bah selalu ada di sebelah kiri (berputar berlawanan arah jarum jam).<br />
Syarat tawaf adalah:<br />
<br />
1. Suci dari hadas besar, hadas kecil, dan najis<br />
2. Menutup aurat<br />
3. Melakukan 7 kali putaran berturut-turut<br />
4. Mulai dan mengakhiri tawaf di tempat yang sejajar dengan Hajar Aswad<br />
5. Ka'bah selalu berada di sisi kiri<br />
6. Bertawaf di luar Ka'bah<br />
<br />
Sedangkan sunah tawaf adalah:<br />
<br />
1. Menghadap Hajar Aswad ketika memulai tawaf<br />
2. Berjalan kaki<br />
3. al-idtibâ, yaitu meletakkan pertengahan kain ihram di bawah ketiak tangan kanan dan kedua ujungnya di atas bahu kiri<br />
4. Menyentuh Hajar Aswad atau memberi isyarat ketika mulai tawaf<br />
5. Niat.<br />
Niat untuk tawaf yang terkandung dalam ibadah haji hukumnya tidak wajib karena niatnya sudah terkandung dalam niat ihram haji, tetapi kalau tawaf itu bukan dalam ibadah haji, maka hukum niat tawaf menjadi wajib, seperti dalam tawaf wada' dan tawaf nazar.<br />
6. Mencapai rukun yamanî (pada putaran ke-7) dan mencium atau menyentuh Hajar Aswad<br />
7. Memperbanyak doa dan zikir selama dalam tawaf<br />
8. Tertib, dilaksanakan secara berurutan<br />
<br />
Macam-macam tawaf adalah:<br />
<br />
Tawaf ifâdah<br />
Tawaf sebagai rukun haji yang apabila ditinggalkan maka hajinya menjadi tidak sah.<br />
Tawaf ziyârah<br />
Tawaf kunjungan, sering juga disebut tawaf qudûm, yaitu tawaf yang dilakukan setibanya di kota Mekah.<br />
Tawaf sunah<br />
Tawaf yang dapat dilakukan kapan saja.<br />
Tawaf wada'<br />
Tawaf perpisahan, yaitu tawaf yang dilakukan sebelum meninggalkan Mekah setelah selesai melakukan seluruh rangkaian ibadah haji.<br />
<br />
4. Sa'i<br />
<br />
Sa'i adalah berjalan dari Bukit Shafa ke Bukit Marwa sebanyak 7 kali.<br />
Syarat sa'i adalah:<br />
<br />
1. Seluruh perjalanan sa'i dilakukan secara lengkap, tidak boleh ada jarak yang tersisa<br />
2. Dimulai dari Shafa dan berakhir di Marwa<br />
3. Dilakukan sesudah tawaf<br />
4. Dilakukan sebanyak 7 kali perjalanan<br />
<br />
Sedangkan sunah dalam sa'i adalah:<br />
<br />
1. Berdoa di antara Shafa dan Marwa<br />
2. Dalam keadaan suci dan menutup aurat<br />
3. Berlari kecil antara 2 tonggak hijau<br />
4. Tidak berdesakan<br />
5. Berjalan kaki<br />
6. Dikerjakan secara berturut-turut<br />
<br />
5. Wukuf di Arafah<br />
<br />
Wukud di Arafah adalah berdiam diri di padang Arafah sejak matahari tergelincir pada tanggal 9 Zulhijah sampai terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijah (hari nahar), baik dalam keadaan suci maupun tidak suci.<br />
Haji tanpa wukuf tidak sah dan harus diulang lagi pada tahun berikutnya. Hal ini berdasarkan hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud:<br />
<br />
Haji itu 'arafah, siapa yang datang pada malam mabît di Muzdalifah sebelum fajar menyingsing, ia sudah mendapatkan haji.<br />
<br />
Ketika melakukan wukuf, disunahkan untuk tidak berpuasa, menghadap kiblat, berzikir, membaca istighfar, dan berdoa. Menurut riwayat Imam Ahmad, doa Nabi SAW ketika di hari arafah adalah:<br />
<br />
Tiada Tuhan kecuali Allah, yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya seluruh kerajaan, bagi-Nya pula segala pujian, di tangan-Nya segala kebaikan, dan Ia Maha Kuasa atas segalanya.<br />
<br />
6. Melontar Jumrah<br />
<br />
Melontar jumrah ialah melempar batu kerikil ke arah 3 buah tonggak, yaitu ûlâ, wustâ, dan ukhrâ, masing-masing 7 kali lemparan. Hari melontar jumrah dimulai pada tanggal 10 Zulhijah, ke arah jumrah 'aqabah atau jumrah kubra, dan 2 atau 3 hari dari hari-hari tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijah) ke arah 3 jumrah yang telah disebutkan di atas.<br />
<br />
Waktu melontar jumrah disunahkan sesudah matahari terbit. Bagi orang yang lemah atau berhalangan boleh melakukannya pada malam hari.<br />
Adapun melontar jumrah pada 3 hari yang lain, hendaknya dimulai pada waktu matahari sudah mulai turun ke barat sampai saat matahari terbenam.<br />
Ketika melontar jumrah disunahkan:<br />
<br />
1. Berdiri dengan posisi Mekah ada di sebelah kiri dan Mina di sebelah kanan<br />
2. Mengangkat tangan tinggi-tinggi bagi laki-laki<br />
3. Membaca takbir ketika melempar batu yang pertama<br />
<br />
Bagi orang yang berhalangan menyelesaikan haji dengan tidak melakukan wukuf di Arafah, tawaf, ataupun sa'i, apa pun penyebabnya, menurut pendapat jumhur ulama orang tsb wajib menyembelih seekor kambing, sapi, atau unta di tempat ia bertahalul.<br />
Apabila ibadahnya itu ibadah wajib, ia harus meng-qadha pada tahun berikutnya, tetapi bila bukan ibadah wajib, ia tidak perlu meng-qadha.<br />
Haji Akbar dan Haji Mabrur<br />
Haji akbar (haji besar)<br />
<br />
Istilah haji akbar disebut dalam firman Allah SWT pada surah At-Taubah: 3 yang artinya:<br />
<br />
Dan (inilah) suatu pemakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin...<br />
<br />
Ada beberapa pendapat ulama tentang haji akbar, yaitu haji akbar adalah:<br />
<br />
* haji pada hari wukuf di Arafah<br />
* haji pada hari nahar<br />
* haji yang wukufnya bertepatan dengan hari jum'at<br />
* ibadah haji itu sendiri beserta wukufnya di Arafah<br />
<br />
Namun pendapat yang paling masyhur adalah pendapat yang menyatakan bahwa haji akbar adalah haji yang wukufnya jatuh pada hari jum'at.<br />
<br />
Ada haji besar, ada pula haji asgar (haji kecil) yang merupakan istilah lain untuk umrah.<br />
Haji mabrur<br />
<br />
Haji mabrur adalah ibadah haji seseorang yang seluruh rangkaian ibadah hajinya dapat dilaksanakan dengan benar, ikhlas, tidak dicampuri dosa, menggunakan biaya yang halal, dan yang terpenting, setelah ibadah haji menjadi orang yang lebih baik.<br />
<br />
Balasan bagi orang yang mendapat haji mabrur adalah surga. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang artinya:<br />
<br />
Umrah ke satu ke umrah berikutnya adalah penebus dosa di antara keduanya, dan haji mabrur ganjarannya tiada lain kecuali surga (HR Bukhari dan Muslim)<br />
<br />
Dam (Denda)<br />
<br />
Dam dalam bentuk darah adalah menyembelih binatang sebagai karafat (tebusan) terhadap beberapa pelanggaran yang dilakukan ketika melakukan ibadah haji atau umrah. Jenis dam adalah:<br />
<br />
1. Dam tartîb<br />
2. Dam takhyîr dan taqdîr<br />
3. Dam tartîb dan ta'dîl<br />
4. Dam takhyîr dan ta'dîl<br />
<br />
1. Dam tartîb<br />
<br />
Dam tartîb yaitu bila binatang yang disembelih adalah kambing, tetapi bila tidak mendapat kambing, harus melaksanakan puasa 3 hari di tanah suci dan 7 hari apabila telah pulang ke kampung halaman.<br />
Orang diwajibkan membayar dam tartîb karena 9 hal, yaitu:<br />
<br />
1. Mengerjakan haji tammatu'<br />
2. Mengerjakan haji qirân<br />
3. Tidak wukuf di Arafah<br />
4. Tidak melontar jumrah yang ke-3<br />
5. Tidak mabît di Muzdalifah pada malam nahar<br />
6. Tidak mabît di Mina pada malam hari tasyrik<br />
7. Tidak berihram dari mîqât<br />
8. Tidak melakukan tawaf wada'<br />
9. Tidak berjalan kaki bagi yang bernazar untuk mengerjakan haji dengan berjalan kaki<br />
<br />
2. Dam takhyîr dan taqdîr<br />
<br />
Dam takhyîr dan taqdîr ialah boleh memilih menyembelih seekor kambing, berpuasa, atau bersedekah memberi makan kepada 6 orang miskin sebanyak 3 sa' (1 sa' = 3,1 liter).<br />
Dam jenis ini dikenakan untuk satu diantara sebab-sebab berikut:<br />
<br />
1. Mencabut 3 helai rambut atau lebih secara berturut-turut<br />
2. Memotong 3 kuku atau lebih<br />
3. Berpakaian yang berjahit<br />
4. Menutup kepala<br />
5. Memakai wewangian<br />
6. Melakukan perbuatan yang menjadi pengantar bagi perbuatan seksual<br />
7. Melakukan hubungan seksual antara tahalul pertama dan tahalul kedua.<br />
<br />
3. Dam tartîb dan ta'dîl<br />
<br />
Dam tartîb dan ta'dîl adalah pertama kali wajib menyembelih unta, apabila tidak mampu boleh menyembelih sapi, apabila tidak mampu juga baru menyembelih kambing 7 ekor.<br />
Apabila tidak mendapat 7 ekor kambing, si pelanggar harus membeli makanan seharga itu dan disedekahkan kepada fakir miskin di tanah suci.<br />
Dam jenis ini dikenakan karena pelanggaran melakukan hubungan seksual.<br />
4. Dam takhyîr dan ta'dîl<br />
<br />
Dam takhyîr dan ta'dîl adalah boleh memilih diantara 3 hal yaitu:<br />
<br />
* Menyembelih binatang buruan yang diburu<br />
* Membeli makanan seharga binatang buruan tsb dan disedekahkan<br />
* Berpuasa satu hari untuk setiap 1 mud (5/6 liter)<br />
<br />
Dam jenis ini dikenakan karena sebab-sebab:<br />
<br />
1. Merusak, memburu, atau membunuh binatang buruan<br />
2. Memotong pohon-pohon atau mencabut rerumputan di tanah haram.<br />
<br />
Waktu dan tempat penyembelihan dam<br />
<br />
Waktu penyembelihan dam yang disebabkan pelanggaran yang tidak sampai membatalkan atau kehilangan haji harus dilakukan pada waktu si pelanggar melakukan ibadah haji. Tetapi bagi dam yang disebabkan pelanggaran yang berakibat kehilangan haji, pelaksanaannya wajib ditunda sampai pada waktu melakukan ihram ketika meng-qadha haji.<br />
<br />
Sedangkan tempat penyembelihan dam dan penyaluran dagingnya adalah di tanah haram.<br />
Bagi orang yang melakukan haji, diutamakan menyembelihnya di Mina, sedangkan bagi orang yang melakukan umrah, menyembelihnya di Marwa.<br />
Mewakilkan Haji<br />
<br />
Perwakilan haji berlaku untuk seseorang yang mampu melakukan haji dari segi biaya, tapi kesehatannya tidak memungkinkan, seperti sakit yang parah atau karena usia tua.<br />
Dalam hal ini wajib orang lain untuk menghajikannya dengan biaya dari orang yang bersangkutan, dengan syarat orang yang menggantikan tsb sudah mengerjakan haji untuk dirinya sendiri.<br />
Tetapi bila setelah dihajikan orang itu sembuh, menurut Imam Syafi'i, ia tetap wajib melakukan haji.<br />
<br />
Perwakilan haji juga dapat dilakukan atas orang yang sudah meninggal, asalkan orang tsb berkewajiban haji, antara lain mempunyai nazar dan belum dapat melaksanakannya. Hal ini didasarkan pada hadist yang meriwayatkan bahwa seorang lelaki mendatangi Nabi SAW:<br />
<br />
"Ayah saya sudah meninggal dan ia mempunya kewajiban haji, apakah aku harus menghajikannya?" Nabi SAW menjawab, "Bagaimana pendapatmu apabila ayahmu meninggalkan hutang, apakah engkau wajib membayarnya?" Orang itu menjawab, "Ya". Nabi SAW berkata, "Berhajilah engkau untuk ayahmu".(HR. Ibnu Abbas RA)</div>islamic educationhttp://www.blogger.com/profile/09101869393540653989noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2049994804374488657.post-61153358656421671492009-07-14T13:29:00.001+07:002009-09-09T09:42:11.549+07:00Zakat Maal<div style="text-align: justify;">Zakat Maal adalah zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh individu atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan secara hukum (syara). Maal berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti 'harta'.<br />
<br />
Syarat-syarat harta<br />
<br />
Harta yang akan dikeluarkan sebagai zakat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:<br />
<br />
1. Milik Penuh, yakni harta tersebut merupakan milik penuh individu yang akan mengeluarkan zakat.<br />
2. Berkembang, yakni harta tersebut memiliki potensi untuk berkembang bila diusahakan.<br />
3. Mencapai nisab, yakni harta tersebut telah mencapai ukuran/jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan, harta yang tidak mencapai nishab tidak wajib dizakatkan dan dianjurkan untuk berinfaq atau bersedekah.<br />
4. Lebih Dari Kebutuhan Pokok, orang yang berzakat hendaklah kebutuhan minimal/pokok untuk hidupnya terpenuhi terlebih dahulu<br />
5. Bebas dari Hutang, bila individu memiliki hutang yang bila dikonversikan ke harta yang dizakatkan mengakibatkan tidak terpenuhinya nishab, dan akan dibayar pada waktu yang sama maka harta tersebut bebas dari kewajiban zakat.<br />
6. Berlalu Satu Tahun (Al-Haul), kepemilikan harta tersebut telah mencapai satu tahun khusus untuk ternak, harta simpanan dan harta perniagaan. Hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz(barang temuan) tidak memiliki syarat haul.<br />
<br />
Macam-macamnya<br />
<br />
Macam-macam zakat Maal dibedakan atas obyek zakatnya antara lain:<br />
<br />
* Hewan ternak. Meliputi semua jenis & ukuran ternak (misal: sapi,kerbau,kambing,domba,ayam)<br />
* Hasil pertanian. Hasil pertanian yang dimaksud adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dll.<br />
* Emas dan Perak. Meliputi harta yang terbuat dari emas dan perak dalam bentuk apapun.<br />
* Harta Perniagaan. Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual-belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Perniagaan disini termasuk yang diusahakan secara perorangan maupun kelompok/korporasi.<br />
* Hasil Tambang(Ma'din). Meliputi hasil dari proses penambangan benda-benda yang terdapat dalam perut bumi/laut dan memiliki nilai ekonomis seperti minyak, logam, batu bara, mutiara dan lain-lain.<br />
* Barang Temuan(Rikaz). Yakni harta yang ditemukan dan tidak diketahui pemiliknya (harta karun).<br />
* Zakat Profesi. Yakni zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi dimaksud mencakup profesi pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan, artis, dan wiraswasta.<br />
<br />
Yang berhak menerima<br />
<br />
<br />
Golongan yang berhak menerima zakat terbagi atas 8 asnaf yakni:Fakir, Miskin, Amil, Muallaf, Hamba Sahaya, Gharimin, Fisabilillah & Ibnu Sabil<br />
<br />
[sunting] Sumber dalam Al Qur'an & Hadits<br />
<br />
* QS (2:43)("Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'".)<br />
* QS (9:35)(pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.")<br />
* QS (6: 141)(Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. )</div>islamic educationhttp://www.blogger.com/profile/09101869393540653989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2049994804374488657.post-32904046976026261842009-07-14T12:59:00.001+07:002009-09-09T09:42:39.450+07:00Tugas-tugas Malaikat<div style="text-align: justify;">Malaikat adalah salah satu makhluk ciptaan Allah Ta�ala. Keimanan kepada malaikat merupakan salah satu rukun dari rukun iman, hal ini sebagaimana penjelasan Rosululloh shollallohu �alaihi wa sallam dalam hadits Jibril, dimana malaikat Jibril bertanya kepada beliau tentang iman dan kemudian dijawab oleh Rosululloh �Engkau beriman kepada Alloh, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rosul-rosul-Nya, hari akhir, dan kepada qadar yang baik dan buruk.� (HR. Muslim). Ini artinya orang yang tidak mengimani malaikat maka dia telah terjerumus dalam kekufuran karena telah mengingkari salah satu rukun iman. Oleh karena itulah amat penting bagi kita untuk mengetahui apa dan bagaimanakah bentuk keimanan yang benar terhadap makhluk-makhluk Alloh Ta�ala yang mulia ini? Berikut adalah penjelasan singkat mengenai hal tersebut.<br />
<br />
Bentuk dan Sifat Malaikat<br />
<br />
Malaikat adalah makhluk gaib diciptakan oleh Alloh Ta�ala dari cahaya, walaupun mereka memiliki keluarbiasaan yang sangat hebat mereka tidak berhak untuk diibadahi. Hal tersebut dapat kita ketahui berdasarkan hadits Rosululloh dari �Aisyah rodhiyallohu �anha, �Malaikat itu diciptakan dari cahaya dan jin diciptakan dari percikan api, sementara Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepadamu.� (HR. Muslim). Mereka juga memiliki sayap, �Segala puji bagi Alloh Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan yang mempunyai sayap, masing-masing dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu.� (Faathir: 1)<br />
<br />
Sifat malaikat yang paling utama adalah mereka tidak pernah mendurhakai apa yang Alloh perintahkan kepada mereka dan mengerjakan setiap yang Alloh titahkan kepada mereka. Mereka diciptakan oleh Alloh khusus untuk beribadah kepada-Nya. Alloh berfirman, �Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Alloh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.� (At Tahrim: 6)<br />
<br />
Bentuk para malaikat terkadang berubah dari aslinya atas izin Alloh, sebagaimana Jibril datang pada Rosululloh dengan menyerupai laki-laki yang sangat putih bajunya dan sangat hitam rambutnya. Nabi pernah mengabarkan bahwa Jibril memiliki enam ratus sayap yang menutupi seluruh ufuk semesta alam.<br />
<br />
Unsur Keimanan Kepada Malaikat<br />
<br />
Beriman kepada Malaikat mengandung empat unsur, yaitu:<br />
<br />
1. Beriman terhadap keberadaan mereka, wujud mereka benar-benar ada, mereka bukanlah kekuatan maknawi berupa kekuatan baik yang tersembunyi pada setiap makhluk sebagaimana anggapan segolongan orang.<br />
<br />
2. Beriman kepada nama-nama mereka yang telah dijelaskan dalam Qur�an dan Sunnah. Adapun mereka yang tidak dijelaskan namanya kita mengimaninya secara global. Maksudnya kita mengimani bahwa Alloh telah menciptakan mereka meskipun kita tidak tahu namanya.<br />
<br />
3. Beriman terhadap sifat mereka yang telah dijelaskan. Seperti ciri-ciri malaikat Jibril yang dikisahkan dalam hadits di atas.<br />
<br />
4. Beriman terhadap tugas-tugas para Malaikat sebagaimana telah dijelaskan. Mereka melaksanakan tugas itu tanpa rasa capek dan bosan.<br />
<br />
Penamaan Malaikat<br />
<br />
Kita wajib mengimani secara rinci terhadap beberapa malaikat yang kita ketahui namanya seperti Jibril, Mikail, Malik, serta Isrofil. Kita juga mengimani secara global adanya malaikat-malaikat yang tidak kita ketahui namanya. Tidaklah diperbolehkan bagi seseorang untuk menamakan malaikat tanpa adanya dalil-dalil yang shahih baik dari Al Qur�an maupun Sunnah sebagaimana firman Alloh, �Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan.� (An Najm: 27)<br />
<br />
Macam-Macam Malaikat dan Tugasnya<br />
<br />
Kita juga mengimani bahwa ada berbagai macam malaikat beserta tugasnya masing-masing. Di antara mereka adalah:<br />
<br />
1. Malaikat yang bertugas membawa wahyu kepada para Rosul-Nya, yaitu malaikat Jibril. �Dia dibawa turun oleh Ar Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.� (Asy Syu�ara: 193-194)<br />
<br />
2. Malaikat yang diserahi tugas mengurusi hujan dan pembagiannya sesuai dengan kehendak Alloh. Sebagaimana hadits dari Abu Huroiroh dari Rosululloh, �Tatkala seorang laki-laki berada di tanah lapang dia mendengar suara di awan, �Siramilah kebun fulan�, maka menjauhlah awan tersebut kemudian menumpahkan air di suatu tanah yang berbatu hitam�� (HR. Muslim)<br />
<br />
3. Malaikat yang bertugas meniup sangkakala, yaitu malaikat Isrofil. ��kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.� (Al Kahfi: 99)<br />
<br />
4. Malaikat yang bertugas mencabut nyawa, yakni malaikat maut (Demikianlah Alloh menamakan malaikat ini dengan Malakul Maut, dan tidak ada nash yang shohih yang menunjukkan bahwa namanya Izroil). �Katakanlah, �Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)-mu akan mematikan kamu, kemudian hanya kepada Tuhanmu-lah kamu akan dikembalikan.�� (As Sajdah: 11)<br />
<br />
5. Para malaikat penjaga surga. Alloh berfirman, �Sehingga apabila mereka sampai ke Surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah penjaga-penjaganya kepada mereka, �kesejahteraan atasmu, berbahagailah kamu, maka masukilah Surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.�� (Az-Zumar: 73)<br />
<br />
6. Para malaikat penjaga Neraka Jahannam, yaitu malaikat Zabaniyah. Para pemimpinnya ada 19 dan pemukanya adalah malaikat Malik. Sebagaimana firman Alloh tentang Neraka Saqor �Tahukah kamu apa Saqor itu? Saqor itu tidak meninggalkan dan membiarkan. (Neraka Saqor) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan malaikat.� (Al Muddatstsir: 27-30). Dan dalam firman-Nya yang lain tentang permintaan penghuni Neraka kepada malaikat Malik �Mereka berseru, �Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja�. Dia menjawab, �kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).� (Az Zukhruf: 77)<br />
<br />
7. Para malaikat yang ditugaskan menjaga seorang hamba dalam segala ihwalnya. Sebagaimana firman Alloh, �Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga�� (Al An�am: 61)<br />
<br />
8. Para malaikat yang ditugaskan mengawasi amal seorang hamba, yang baik maupun yang buruk. Alloh berfirman, �Apakah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka.� (Az Zukhruf: 80). (Lihat Kitab Tauhid 2, Tim Ahli Tauhid)<br />
<br />
Buah Keimanan Kepada Malaikat<br />
<br />
Keimanan seseorang terhadap malaikat akan berdampak bagi meningkatnya ketakwaan seseorang, dimana dia akan lebih berhati-hati dalam melakukan segala sesuatu, hal ini dikarenakan pengetahuannya bahwa segala sesuatu yang dia lakukan berupa perbuatan maupun perkataan, yang baik maupun yang buruk, akan dicatat para malaikat yang ditugasi oleh Alloh, yang kemudian pada hari kiamat nanti seluruh amal yang telah tercatat tersebut akan diberikan balasan yang setimpal dari Alloh. �Dan kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.� (Al Jatsiyah: 28). Dengan demikian seorang hamba akan senantiasa berusaha agar keburukan demi keburukan tidak menghiasi catatan amalnya, supaya sesal di akhirat tidak semakin berlipat ganda. Wallohu a�lam.<br />
____</div>islamic educationhttp://www.blogger.com/profile/09101869393540653989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2049994804374488657.post-13192825433681276452009-07-14T12:46:00.002+07:002009-09-09T09:43:18.880+07:00Malaikat<div style="text-align: justify;">Malaikat adalah salah satu makhluk ciptaan Allah Ta�ala. Keimanan kepada malaikat merupakan salah satu rukun dari rukun iman, hal ini sebagaimana penjelasan Rosululloh shollallohu �alaihi wa sallam dalam hadits Jibril, dimana malaikat Jibril bertanya kepada beliau tentang iman dan kemudian dijawab oleh Rosululloh �Engkau beriman kepada Alloh, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rosul-rosul-Nya, hari akhir, dan kepada qadar yang baik dan buruk.� (HR. Muslim). Ini artinya orang yang tidak mengimani malaikat maka dia telah terjerumus dalam kekufuran karena telah mengingkari salah satu rukun iman. Oleh karena itulah amat penting bagi kita untuk mengetahui apa dan bagaimanakah bentuk keimanan yang benar terhadap makhluk-makhluk Alloh Ta�ala yang mulia ini? Berikut adalah penjelasan singkat mengenai hal tersebut.<br />
<br />
Bentuk dan Sifat Malaikat<br />
<br />
Malaikat adalah makhluk gaib diciptakan oleh Alloh Ta�ala dari cahaya, walaupun mereka memiliki keluarbiasaan yang sangat hebat mereka tidak berhak untuk diibadahi. Hal tersebut dapat kita ketahui berdasarkan hadits Rosululloh dari �Aisyah rodhiyallohu �anha, �Malaikat itu diciptakan dari cahaya dan jin diciptakan dari percikan api, sementara Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepadamu.� (HR. Muslim). Mereka juga memiliki sayap, �Segala puji bagi Alloh Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan yang mempunyai sayap, masing-masing dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu.� (Faathir: 1)<br />
<br />
Sifat malaikat yang paling utama adalah mereka tidak pernah mendurhakai apa yang Alloh perintahkan kepada mereka dan mengerjakan setiap yang Alloh titahkan kepada mereka. Mereka diciptakan oleh Alloh khusus untuk beribadah kepada-Nya. Alloh berfirman, �Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Alloh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.� (At Tahrim: 6)<br />
<br />
Bentuk para malaikat terkadang berubah dari aslinya atas izin Alloh, sebagaimana Jibril datang pada Rosululloh dengan menyerupai laki-laki yang sangat putih bajunya dan sangat hitam rambutnya. Nabi pernah mengabarkan bahwa Jibril memiliki enam ratus sayap yang menutupi seluruh ufuk semesta alam.<br />
<br />
Unsur Keimanan Kepada Malaikat<br />
<br />
Beriman kepada Malaikat mengandung empat unsur, yaitu:<br />
<br />
1. Beriman terhadap keberadaan mereka, wujud mereka benar-benar ada, mereka bukanlah kekuatan maknawi berupa kekuatan baik yang tersembunyi pada setiap makhluk sebagaimana anggapan segolongan orang.<br />
<br />
2. Beriman kepada nama-nama mereka yang telah dijelaskan dalam Qur�an dan Sunnah. Adapun mereka yang tidak dijelaskan namanya kita mengimaninya secara global. Maksudnya kita mengimani bahwa Alloh telah menciptakan mereka meskipun kita tidak tahu namanya.<br />
<br />
3. Beriman terhadap sifat mereka yang telah dijelaskan. Seperti ciri-ciri malaikat Jibril yang dikisahkan dalam hadits di atas.<br />
<br />
4. Beriman terhadap tugas-tugas para Malaikat sebagaimana telah dijelaskan. Mereka melaksanakan tugas itu tanpa rasa capek dan bosan.<br />
<br />
Penamaan Malaikat<br />
<br />
Kita wajib mengimani secara rinci terhadap beberapa malaikat yang kita ketahui namanya seperti Jibril, Mikail, Malik, serta Isrofil. Kita juga mengimani secara global adanya malaikat-malaikat yang tidak kita ketahui namanya. Tidaklah diperbolehkan bagi seseorang untuk menamakan malaikat tanpa adanya dalil-dalil yang shahih baik dari Al Qur�an maupun Sunnah sebagaimana firman Alloh, �Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan.� (An Najm: 27)<br />
<br />
Macam-Macam Malaikat dan Tugasnya<br />
<br />
Kita juga mengimani bahwa ada berbagai macam malaikat beserta tugasnya masing-masing. Di antara mereka adalah:<br />
<br />
1. Malaikat yang bertugas membawa wahyu kepada para Rosul-Nya, yaitu malaikat Jibril. �Dia dibawa turun oleh Ar Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.� (Asy Syu�ara: 193-194)<br />
<br />
2. Malaikat yang diserahi tugas mengurusi hujan dan pembagiannya sesuai dengan kehendak Alloh. Sebagaimana hadits dari Abu Huroiroh dari Rosululloh, �Tatkala seorang laki-laki berada di tanah lapang dia mendengar suara di awan, �Siramilah kebun fulan�, maka menjauhlah awan tersebut kemudian menumpahkan air di suatu tanah yang berbatu hitam�� (HR. Muslim)<br />
<br />
3. Malaikat yang bertugas meniup sangkakala, yaitu malaikat Isrofil. ��kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.� (Al Kahfi: 99)<br />
<br />
4. Malaikat yang bertugas mencabut nyawa, yakni malaikat maut (Demikianlah Alloh menamakan malaikat ini dengan Malakul Maut, dan tidak ada nash yang shohih yang menunjukkan bahwa namanya Izroil). �Katakanlah, �Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)-mu akan mematikan kamu, kemudian hanya kepada Tuhanmu-lah kamu akan dikembalikan.�� (As Sajdah: 11)<br />
<br />
5. Para malaikat penjaga surga. Alloh berfirman, �Sehingga apabila mereka sampai ke Surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah penjaga-penjaganya kepada mereka, �kesejahteraan atasmu, berbahagailah kamu, maka masukilah Surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.�� (Az-Zumar: 73)<br />
<br />
6. Para malaikat penjaga Neraka Jahannam, yaitu malaikat Zabaniyah. Para pemimpinnya ada 19 dan pemukanya adalah malaikat Malik. Sebagaimana firman Alloh tentang Neraka Saqor �Tahukah kamu apa Saqor itu? Saqor itu tidak meninggalkan dan membiarkan. (Neraka Saqor) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). Dan tiada Kami jadikan penjaga Neraka itu melainkan malaikat.� (Al Muddatstsir: 27-30). Dan dalam firman-Nya yang lain tentang permintaan penghuni Neraka kepada malaikat Malik �Mereka berseru, �Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja�. Dia menjawab, �kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).� (Az Zukhruf: 77)<br />
<br />
7. Para malaikat yang ditugaskan menjaga seorang hamba dalam segala ihwalnya. Sebagaimana firman Alloh, �Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga�� (Al An�am: 61)<br />
<br />
8. Para malaikat yang ditugaskan mengawasi amal seorang hamba, yang baik maupun yang buruk. Alloh berfirman, �Apakah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka.� (Az Zukhruf: 80). (Lihat Kitab Tauhid 2, Tim Ahli Tauhid)<br />
<br />
Buah Keimanan Kepada Malaikat<br />
<br />
Keimanan seseorang terhadap malaikat akan berdampak bagi meningkatnya ketakwaan seseorang, dimana dia akan lebih berhati-hati dalam melakukan segala sesuatu, hal ini dikarenakan pengetahuannya bahwa segala sesuatu yang dia lakukan berupa perbuatan maupun perkataan, yang baik maupun yang buruk, akan dicatat para malaikat yang ditugasi oleh Alloh, yang kemudian pada hari kiamat nanti seluruh amal yang telah tercatat tersebut akan diberikan balasan yang setimpal dari Alloh. �Dan kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.� (Al Jatsiyah: 28). Dengan demikian seorang hamba akan senantiasa berusaha agar keburukan demi keburukan tidak menghiasi catatan amalnya, supaya sesal di akhirat tidak semakin berlipat ganda. Wallohu a�lam.<br />
____</div>islamic educationhttp://www.blogger.com/profile/09101869393540653989noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2049994804374488657.post-19959202002302429652009-07-14T12:40:00.001+07:002009-09-09T09:45:13.774+07:00Iman Kepada Malaikat, Menuju Umat Terbaik<div style="text-align: justify;">rukun akidah yang kedua setelah iman kepada Allah, adalah iman kepada adanya malaikat. Iman kepada malaikat lebih didahulukan daripada iman kepada nabi dan rasul, hal ini dikaitkan dengan salah satu fungsi utama malaikat, yaitu sebagai penyampai wahyu Allah kepada nabi-Nya.<br />
<br />
Salah satu dalil untuk mengetahui keberadaan malaikat adalah melalui berita yang mutawatir (akurat), dan satu-satunya berita yang paling akurat adalah berita yang dibawa Nabi Muhammad SAW, yaitu Al Qur’an. Dalam Al Qur’an masalah malaikat disebutkan lebih dari 75 kali, tersebar dalam 33 surat .<br />
<br />
Iman kepada malaikat merupakan bagian dari akidah. Apabila hal itu hilang, gugurlah keIslaman seseorang.<br />
<br />
"… Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya." (An Nisaa’ : 136)<br />
<br />
Untuk mengenal malaikat, maka kita perlu mengenal sifat-sifatnya, yang dapat kita ketahui melalui Al Qur’an. Sifat-sifat malaikat tersebut antara lain :<br />
<br />
1. Malaikat diciptakan dari cahaya.<br />
<br />
"Para malaikat diciptakan Allah dari cahaya, dan diciptakan-Nya jin dari api, sedangkan Adam diciptakan dari apa yang dijelaskan pada kalian." (HR. Muslim dari Aisyah r.a.)<br />
<br />
Karena malaikat diciptakan dari cahaya, maka mereka tentu mewarisi sifat cahaya, sebagaimana manusia mewarisi sifat tanah. Para malaikat tidak bisa kita lihat, dan mampu bergerak secepat cahaya.<br />
2. Malaikat mempunyai kemampuan yang luar biasa dengan ijin-Nya.<br />
<br />
Diantara kemampuan malaikat, mereka bisa berubah wujud, bahkan mampu mengangkat singgasana (‘arsy) Allah.<br />
<br />
"…Dan, pada hari itu delapan malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka." (Al Haqqah : 16)<br />
3. Para malaikat diciptakan sebelum penciptaan manusia.<br />
<br />
Hal ini nampak dengan jelas tersirat pada surat Al Baqarah 30;<br />
<br />
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpankan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."<br />
4. Malaikat selalu patuh dan taat kepada Allah.<br />
<br />
Mereka senantiasa bertaqarrub kepada Allah dan sangat takut kepada-Nya.<br />
<br />
"Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah daan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nyalah mereka bersujud." [Al A’raf : 206]<br />
5. Malaikat dijadikan Allah sebagai penyampai wahyu kepada siapa yang dikehendaki-Nya.<br />
<br />
"Dia menurunkan para malaikat dengan membawa wahyu dengan perintahNya, kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hambaNya; ‘Peringatkanlah olehmu sekalian bahwasanya tidaak ada Tuhan yang hak melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku’."(An Nahl : 2)<br />
6. Diantara para malakiat ada yang bertugas menyertai manusia.<br />
<br />
Salah satu tugas malaikat tersebut adalah mencatat perbuatan orang-orang mukallaf, tanpa lalai sedikit pun.<br />
<br />
"(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lainnya duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." [QS. Qaaf: 17-18]<br />
<br />
Selain itu ada pula malaikat yang menjaga kita dari bencana atau dampak negatif.<br />
<br />
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah…"[Ar-Ra’d : 11]<br />
7. Jumlah malaikat sangatlah banyak, tiada yang mengetahui kecuali Dia.<br />
<br />
" …Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri …" [Al Muddatstsir : 31]<br />
<br />
Bahkan dalam sebuah hadits shahih, dikisahkan Rasulullah bersabda : "Bisinglajh (suasana) di langit, dan memang sudah semestinya demikian, Tidaklah ada tempat pijakan telapak kaki kecuali terdapat padanya malaikat bersujud atau beruku’." (HR, Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ath Thabari, dsb.)<br />
<br />
Setelah mengetahui sifat-sifat malaikat melalui berita yang sangat akurat tersebut (Al Qur’an dan Hadits), maka sebagai mukallaf, di pundak kita terdapat beban, konsekuensi dari pengimanan kita tersebut.<br />
<br />
Melalui kebijaksanaan-Nya, Allah mengutus Rasul dari kalangan malaikat untuk menyampaikan wahyu kepada nabi, rasul dan orang-orang yang dikehendaki-Nya. Hikmah tersebut antara lain bahwa tidak setiap orang (terutama yang bukan dari golongan nabi dan rasul) mempunyai kekuatan untuk berhadapan langsung dengan Allah. Untuk bertatap muka dengan Allah, diperlukan kekuatan fisik dan mental yang sangat besar. Tidak semua rasul pernah bertemu dengan-Nya. Bahkan dalam sebuah kisah dikatakan, sebuah gunung hancur menjadi debu ketika Allah menampakkan wujud-Nya. Jadi sebagai hamba yang harus mengikuti perintah Allah, suatu kewajiban bagi kita untuk selalu bersyukur atas kebijaksanaan-Nya dalam penyampaian wahyu.<br />
<br />
Hikmah lainnya adalah, kita sebagai khalifah sekaligus abdullah harus introspeksi, seberapa besar ketaatan dan kapatuhan kta kepad Allah, jika dibandingkan malaikat. Memang kita ketahui bahwa ketaatan malaikat sangatlah tinggi. Tapi ketaatan malaikat bersifat tetap, sedangkan ketakwaan dan keimanan manusia adalah dinamis. Mungkin suatu waktu kepatuhan kita rendah, tapi di lain waktu menjadi sangat tinggi, bahkan lebih tinggi daripada para malaikat. Hal inilah yang harus kits capai. Memang bukan hal yang mudah, tapi bukan sesuatu yang ‘impossible’.<br />
<br />
Salah satu caranya adalah kita harus sadar bahwa amal kita selalu diawasi Allah, baik secara langsung maupun melalui malaikat-Nya. Tidak ada sepermikrodetik pun yang lepas dari pengawasannya.<br />
<br />
"…Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat." [Asy Syuura : 11]<br />
<br />
Oleh karena itu, kita harus mulai mengurangi perbuatan-perbuatan ynag tidak sesuai dengan perintah-Nya dan memperbanyak amsl baik kita, dengan selalu diniatkan untuk mengharap ridha-Nya.<br />
<br />
Selain tiga hal tersebut, telah kita ketahui bahwa ada malaikat yang selalu menjaga kita dalam kebaikan. Untuk itu, kita harus mulai menghilangkan rasa takut di hati kita, terutama dalam mendakwahkan kalimat-kalimat Allah. Sebagai generasi muda, kewajiban kitalah untuk menolng agama Allah.<br />
<br />
"Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." [Muhammad : 7]<br />
<br />
Menolong agama Allah berati mendakwahkan Islam. Tidak hanya kepada yang belum tahu, tapi juga yang sudah tahu. Amar ma’ruf nahi munkar adalah kewajiban setiap muslim. Sebagai penutup, saya sampaikan ayat yang menjadi pedoman sekaligus tujuan bagi kita semua.<br />
<br />
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..." [Ali Imran : 110]</div>islamic educationhttp://www.blogger.com/profile/09101869393540653989noreply@blogger.com0